KALI Kamojing, suatu sungai kecil di bagian utara Jawa Barat,
mengalir ke kampung Babakan Sereh dan Tegalamba. Penduduk sudah
lama terbantu oleh kali itu yang dipakai untuk mandi, berak,
bahkan juga mengairi sawah. Pada suatu sore bulan lalu, petani
Suhur Jamaluddin senang melihat batang padinya -- berusia hampir
dua bulan-bertumbuh segar. Tapi keesokan harinya, ia melihat
kelainan di sawahnya. Tanamannya mendadak layu, kemudian
membusuk. Sekitar 5 hektar sawah di situ mengalami nasib yang
sama.
Suhur dan kaum tani lainnya di situ terpukul sekali oleh bencana
ini, dan tak bisa berbuat apa-apa. Lingkungan mereka pernah juga
mengalami musibah sebelumnya. Agustus, banyak ikan tambak mati
mendadak.
Tidak jauh ke hulu Kamojing, berdiri pabrik pupuk Kujang di desa
Dawuan, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang. Mungkinkah
pembuangan pabrik itu yang telah menyebabkan kerugian penduduk
di hilir? Memang Kamojing melintas persis di belakang pabrik
itu. Semula 26 orang dari Babakan Sereh menuntut ganti kerugian
pada pabrik, karena kematian ikan mereka. Amoniak dari pabrik,
menurut mereka, telah mengotori air di hilir. Air kali meluap
bila ada hujan lebat.
Pihak pabrik menolak tuduhan dengan alasan: belum berproduksi
ketika itu. Dari pemeriksaan Lembaga Ekologi Unpad, memang tidak
ada amoniak dijumpai mengotori air kali itu. Namun, lembaga itu
menjumpai aldrin -- sejenis pestisida, racun hama berkekuatan
0,35 ppm (TEMPO 7 Oktober '78). Boleh jadi aldrin mengucur
karena banjir demikian pihak pabrik akhirnya. Tapi tuntutan
penduduk karena kematian ikan masih tak dilayani. Hanya
dijanjikan sedikit uang guna menghibur penduduk Oktober lalu.
Itu pun belum terwujud.
Ketika sawah milik Suhur dkk rusak pabrik pupuk Kujang sudah
mulai berproduksi. Maka mereka kembali menuduh pabrik. Camat
Cikampek, R. Mursyid, datang ke sana. Air kali "kelihatan
berminyak dan sesekali berwarna hitam," cerita sang camat. Waktu
"musibah aldrin," air kali membikin badan gatal tapi belum
berminyak maupun berwarna. Kini penduduk tak berani
menyintuhnya. Helman Eidy dari TEMPO merekam reaksi penduduk dan
pekan lalu melaporkan "Semuanya pada menggeletar takut. Air tadi
seperti menyebar maut. Pernah tiga ekor kambing mati kejang
setelah minum air di kali. Dan seekor kerbau petani di Tegalamba
kontan kencing darah" setelah meminumnya pula.
Pemda Karawang mendengar kejadian ini, lantas mengirim satu tim
pejabat ke sana. Air dan tanah dari sawah Suhur dibawa mereka
untuk diperiksa di Lembaga Tanah IPB, Bogor. Sementara menunggu
dari Bogor, sumpah penduduk terus terdengar. Jika kerugian
mereka tidak akan diganti, minimal mereka mengharapkan agar
pihak pabrik mengatur pembuangan kotorannya. Pembuangan air
selama ini, menurut pihak pabrik, memang diatur melewati oil
sparaor (alat pemisah minyak) dan dua kolam sebelum masuk ke
Kali Karanggelam.
Dulu pihak pabrik sudah akan memindahkan Kali Kamojing supaya
tidak melewati kediaman penduduk. Itu tak sempat dilakukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini