Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Kotoranmu, Kujang

Tanaman padi penduduk babakan Sereh dan Tegalamba seluas 5 hektar menjadi layu. Di duga penyebabnya adalah air kali kamojing yang juga dipakai sebagai saluran pembuangan pabrik pupuk kujang.(ling)

20 Januari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KALI Kamojing, suatu sungai kecil di bagian utara Jawa Barat, mengalir ke kampung Babakan Sereh dan Tegalamba. Penduduk sudah lama terbantu oleh kali itu yang dipakai untuk mandi, berak, bahkan juga mengairi sawah. Pada suatu sore bulan lalu, petani Suhur Jamaluddin senang melihat batang padinya -- berusia hampir dua bulan-bertumbuh segar. Tapi keesokan harinya, ia melihat kelainan di sawahnya. Tanamannya mendadak layu, kemudian membusuk. Sekitar 5 hektar sawah di situ mengalami nasib yang sama. Suhur dan kaum tani lainnya di situ terpukul sekali oleh bencana ini, dan tak bisa berbuat apa-apa. Lingkungan mereka pernah juga mengalami musibah sebelumnya. Agustus, banyak ikan tambak mati mendadak. Tidak jauh ke hulu Kamojing, berdiri pabrik pupuk Kujang di desa Dawuan, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang. Mungkinkah pembuangan pabrik itu yang telah menyebabkan kerugian penduduk di hilir? Memang Kamojing melintas persis di belakang pabrik itu. Semula 26 orang dari Babakan Sereh menuntut ganti kerugian pada pabrik, karena kematian ikan mereka. Amoniak dari pabrik, menurut mereka, telah mengotori air di hilir. Air kali meluap bila ada hujan lebat. Pihak pabrik menolak tuduhan dengan alasan: belum berproduksi ketika itu. Dari pemeriksaan Lembaga Ekologi Unpad, memang tidak ada amoniak dijumpai mengotori air kali itu. Namun, lembaga itu menjumpai aldrin -- sejenis pestisida, racun hama berkekuatan 0,35 ppm (TEMPO 7 Oktober '78). Boleh jadi aldrin mengucur karena banjir demikian pihak pabrik akhirnya. Tapi tuntutan penduduk karena kematian ikan masih tak dilayani. Hanya dijanjikan sedikit uang guna menghibur penduduk Oktober lalu. Itu pun belum terwujud. Ketika sawah milik Suhur dkk rusak pabrik pupuk Kujang sudah mulai berproduksi. Maka mereka kembali menuduh pabrik. Camat Cikampek, R. Mursyid, datang ke sana. Air kali "kelihatan berminyak dan sesekali berwarna hitam," cerita sang camat. Waktu "musibah aldrin," air kali membikin badan gatal tapi belum berminyak maupun berwarna. Kini penduduk tak berani menyintuhnya. Helman Eidy dari TEMPO merekam reaksi penduduk dan pekan lalu melaporkan "Semuanya pada menggeletar takut. Air tadi seperti menyebar maut. Pernah tiga ekor kambing mati kejang setelah minum air di kali. Dan seekor kerbau petani di Tegalamba kontan kencing darah" setelah meminumnya pula. Pemda Karawang mendengar kejadian ini, lantas mengirim satu tim pejabat ke sana. Air dan tanah dari sawah Suhur dibawa mereka untuk diperiksa di Lembaga Tanah IPB, Bogor. Sementara menunggu dari Bogor, sumpah penduduk terus terdengar. Jika kerugian mereka tidak akan diganti, minimal mereka mengharapkan agar pihak pabrik mengatur pembuangan kotorannya. Pembuangan air selama ini, menurut pihak pabrik, memang diatur melewati oil sparaor (alat pemisah minyak) dan dua kolam sebelum masuk ke Kali Karanggelam. Dulu pihak pabrik sudah akan memindahkan Kali Kamojing supaya tidak melewati kediaman penduduk. Itu tak sempat dilakukan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus