Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo mengatakan Indonesia akan menjadi pusat budidaya ikan kerapu dunia. Saat ini, Indonesia diklaim memiliki potensi ekpsor komoditas dalam jumlah besar untuk jenis kerapu tikus atau Cromileptes altivelis yang memiliki harga jual lebih tinggi ketimbang ikan lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kalau kerapu macan, tumbuhnya lama. Paling satu kilogram setahun. Tapi kalau kerapu tikus ini sangat cepat," kata Edhy di kantor KKP, Jakarta Pusat, Jumat, 7 Agustus 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Edhy, Kementerian saat ini telah mengupayakan pemijahan atau budidaya mandiri oleh masyarakat. Kegiatan tersebut dilakukan agar proses penangkapan kerapu tidak lagi menggunakan alat tangkap yang merusak ekosistem.
Sebab dulunya, kerapu yang hidup di sela-sela terumbu karang di lepas laut masif ditangkap oleh nelayan dengan menggunakan alat peledak. Meski budidaya kerapu belum begitu besar, Edhy meyakini jumlahnya akan terus bertambah.
Pengembangan budidaya kerapu merupakan salah satu cara untuk mendorong peningkatan ekspor komoditas. Apalagi, tren volume ekspor ikan kerapu terus meningkat menjadi sebesar 5,4 persen per tahun, dari 153 ribu ton menjadi 188 ribu ton pada tahun lalu. Sedangkan tren kenaikan nilai ekspor kerapu sebesar 4,6 persen per tahun, dari US$ 261 juta menjadi US$ 303 juta.
KKP pun sebelumnya telah mengembangkan kegiatan budidaya kerapu di Kampung Kerapu, Lamongan. Di lokasi ini terdapat lahan tambak seluas 277,6 hektare yang dikelola oleh 135 Rumah Tangga Pembudidaya (RTP).
Para pembudidaya tersebut tergabung dalam lima pokdakan Bhakti Usaha I dan II, Bangkit Bersama, Metro Fish Marine dan Indo Marine. Di kampung itu, kerapu yang dibudidayakan adalah jenis kerapu lumpur dan cantang.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | HENDARTYO HANGGO