Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Editing, Tanpa Mata

Wartawan tuna netra, Nolan Crabb, mahir mengoperasikan VDT. dengan mesin ketik braille, bisa mengutip ucapan seseorang betapapun cepatnya.

9 Agustus 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NOLAN Crabb, tuna netra sejak lahir ternyata mampu melakukan tugas jurnalistik. Sudah tiga bulan ini ia bekerja sebagai layaknya wartawan yang awas penglihatannya di koran Ogden Standard-Examiner, Utah, AS. Crabb mencatat hasil wawancaranya dengan bantuan mesin ketik Braille tiga tingkat. Mesin tersebut mempunyai banyak lambang. Susunan lambangnya demikian padat. "Sebuah titik pun akan mempunyai arti sebuah kata," kata Crabb. "Sehingga saya bisa mengutip ucapan seseorang secepa ia berbicara." Mesin ketik Rraille itu memiliki enam kunci, dan beratnya sekitar 4,5 kg. Alat bantu Crabb yang lain ialah sebuah tape recorder. Bila memakai mcsin ketik Braille di suatu pertemuan (konperensi pers), ia tentu akan bikin berisik. Setibanya di kantor, rekaman hasil kerjanya itu kemudian dipindahkannya ke kertas catatan dengan mesin ketik Braille. Crabb selalu menenteng mesin tik Braillenya sekalipun untuk meliput kebakaran. Ia berjalan dengan sebuah tongkat sebagai pemandu. Kendaraan umum adalah alat transpor utamanya. Hanya dengan tekad keraslah Crabb berhasil- meraih yang diinginkannya. Ia masih ingat betul ketika seorang dosen yang mengajar ed ing lewat Video Display Terminal (VDT) di Brigham Young University September 1979 merendahkan cacat tubuhnya. Crabb katanya, tak punya masa depan untuk bekerja di persuratkbaran. "Saya tidak bisa membayangkan bagaimana mungkin seorang tuna netra bisa mengoperasikan VD ini, "kata sang profesor. "Saya anjurkan anda sebaiknya meninggalkan kelas ini." Crabb memang meninggalkan kelas tersebut. Tapi pada semester berikutnya ia masuk kelas kembali mengikuti kuliah jurnalistik baru dengan dosen yang baru pula. Mei tahun berikutnya, ia mahir mengoperasikan VDT, dan di mushn panas bekerja sebagai reporter di Ogden Standard xaminer. Dengan belajar sekitar 10 menit, saya segera tahu cara mengoperasikan "DT," tutur Crabb di hari pertama bekerja. "Dan hal tersebut menyebabkan pengasuh koran itu tercengang." Crabb, 22 tahun, sudah mahir mengetik sejak kelas IV SD, hingga kecepatannya mengenal teknologi VDT bukanlah hal mengejutkan. "Sekali anda mempelajari instruksi-instruksinya, mengoperasikan VDT selanjutnya adalah hal mudah," ujarnya. Di redaksi koran itu sendiri Crabb bukanlah orang asing. Ia sudah menulis untuk koran tersebut sejak duduk di bangku SM. Kemahirannya bekerja mengundan reaksi rekannya. "Ingatannya yang tajam adalah mata utamanya. Konstruksi ceritanya sangat bagus," kata reporter Don Baker. "Jarang sekali ia harus mengetik ulang." Bila Crabb ingin 'membaca' hasil tulisannya di VDT, ia bisa melakukannya dengan menggunakan alat baca sekilas Optacon (harganya US$3.000 atau Rp 1,9 juta). Optacon berupa sebuah kamera kecil yang dihubungkan oleh kawat listrik ke sebuah kotak vibrasi. Kamera itu melihat layar DT dan kotak itu bergetar dalam bentuk huruf-huruf. Hingga Crabb berkata: "Saya tidak punya problem membaca dn meng-edit naskah saya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus