Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Edukasi Kelola Sampah Anak Bisa Lewat E-Learning

Aktivitas pengolahan sampah bisa ditanamkan pada anak melalui edukasi e-learning. Apa saja tantangannya?

11 Mei 2021 | 13.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang siswa Sekolah Dasar (SD) mengerjakan soal dalam Ujian Penilaian Akhir Semester (PAS) tahun pelajaran 2020/2021 dari aplikasi pada ponsel di rumahnya, di Duren Sawit, Jakarta Timur, 3 Desember 2020. Meskipun masih harus menerapkan sistem pembelajaran daring guna mengantisipasi penyebaran COVID-19, namun Penilaian Akhir Semester (PAS) tetap berlangsung. TEMPO/FARDI BESTARI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini Dikdasmen Kemendikbud, Jumeri meyakini edukasi aktivitas pengelolaan sampah bisa ditanamkan pada anak-anak melalui platform digital. "Saya punya keyakinan aktivitas pengolahan sampah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) bisa ditanamkan pada anak meskipun tidak bisa bertemu, tetapi bisa platform digital atau e-learning yang kita siapkan," kata dia dalam konferensi pers virtual, Kamis 6 Mei 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat ini, ada satu modul digital pembelajaran interaktif yang bisa anak-anak dan guru manfaatkan yakni "Sampahku, Tanggung Jawabku (SAMPTAKU)," yang merupakan hasil kolaborasi antara wadah edukasi digital Sekolah.mu bersama AQUA. Sasaran edukasi program ini yakni anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar (SD).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Walau begitu, Jumeri mengakui pembelajaran melalui daring masih terkendala terbatasnya jaringan internet dan listrik. Untuk mengatasi ini, salah satu yang bisa dilakukan yakni penyediaan modul dalam bentuk cetak atau buku. "Model-model pengembangan seperti yang dilakukan Sekolah.mu bisa diviralkan, supaya menjadi gerakan nasional. Kami akan melakukan kurasi terhadap praktik-praktik baik semacam Sekolah.mu untuk kita masukkan dalam perangkat yang bisa kita berikan pada sekolah yang terkendala (internet), sekolah bisa mencetak dalam bentuk buku, tidak harus dibuka melalui jejaring internet," kata dia.

Webinar kerja sama AQUA dengan Sekolah.mu/AQUA

Terkait alasan kolaborasi ini, pendidik sekaligus pendiri Sekolah.mu, Najelaa Shihab mengatakan, pemahaman tentang lingkungan, lalu munculnya keinginan menjaga dan melakukan aksi pada lingkungan bagian dari kecerdasan yang dibutuhkan anak pada masa sekarang dan masa depan. Menurut dia, hal ini juga menjadi bagian dari kompetensi yang perlu untuk ditumbuhkan pada anak sejak dini. "Kami percaya pemahaman tentang lingkungan, keinginan menjaga, melakukan aksi pada lingkungan itu bagian kecerdasan yang dibutuhkan anak di masa sekarang dan masa depan, bagian dari kompetensi yang memang perlu kita tumbuhkan," kata Najeela.

Di dalam program belajar terintegrasi digital SAMTAKU ini anak-anak mendapatkan materi belajar yang interaktif, baik itu berupa video, buku cerita, aktivitas menyenangkan, dan berbagai panduan pengelolaan sampah yang dapat diakses selamanya secara gratis. Pada akhir program anak-anak diminta untuk melakukan aksi nyata dan mempraktikkan langsung pengetahuan yang sudah didapat. Anak-anak akan membuat biopori dan diminta menceritakan bagaimana proses pembuatannya. Seluruh aksi dan karya anak akan terdokumentasi pada portofolio yang dapat dijadikan referensi untuk penilaian perkembangan anak di sekolah maupun bagi orang tua.

Dengan berbasis digital, program belajar SAMTAKU dirancang sedemikian rupa guna memastikan semua anak Indonesia dapat mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan usia pendidikan mereka. “Melalui program SAMTAKU dalam format digital ini, kami turut berkontribusi dalam menyediakan program pendidikan yang berkualitas, dengan akses yang luas. Pembelajaran terintegrasi digital di sekolah.mu selalu ditandai dengan struktur kurikulum yang personal dan fleksibel,” ujar Najelaa Shihab, Founder Sekolah.mu.

“Program belajar ini sangat menyenangkan, bermakna dan mudah untuk guru juga orang tua, dengan harapan anak-anak di seluruh Indonesia dapat menjadi pribadi yang mencintai dan beraksi nyata untuk lingkungan,” kata Najeela.

Jumeri berharap usaha ini bisa menjadi sarana mengajak anak didik berperan serta dalam mengolah sampah agar predikat Indonesia sebagai negeri penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia bisa segera hilang. "Perubahan perilakunya akan sangat bermakna apabila dilakukan sejak anak usia dini," tutur Jumeri.

Mengenai modul digital "Sampahku, Tanggung Jawabku", Head of Climate & Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni, mengungkapkan pentingnya bagaimana bisa memberikan pemahaman benar pada anak soal isu sampah, agar mereka mau mengelola sampahnya demi terwujudnya Indonesia lebih bersih.

"Kami jelaskan dulu apa sih sampah, jenis-jenis sampah apa saja, dampak sampah dibuang sembarangan, nantinya begitu mereka sudah memahami, baru kita ajarkan aksi apa yang bisa dilakukan, lalu memilah sampah," kata dia.

Ada berbagai bentuk kegiatan pembelajaran interaktif yang disediakan di dalam platform seperti tebak gambar, menyanyi bersama, mengajak anak berpetualang di sekitar rumah lalu menceritakan prosesnya hingga panel diskusi untuk berbagi inspirasi di antara sesama pengguna.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus