Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Efisiensi demi Bertahan di Masa Resesi

Dunia usaha masih menghadapi tekanan hingga tahun depan.

7 November 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pengerajin sepatu kulit mengalami penurunan omset selama pandemi di kawasan Penggilingan, Jakarta, 2 Oktober 2020. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Pelaku usaha tengah menjalani prosedur bertahan alias survival mode sepanjang tahun ini. Ikat pinggang kian kencang setelah Indonesia resmi memasuki zona resesi, dengan indikator pertumbuhan ekonomi minus pada dua kuartal berturut-turut, yaitu -5,32 persen pada triwulan II 2020 dan -3,49 persen pada triwulan III 2020. “Pengusaha mengupayakan segala cara untuk bertahan dan memanfaatkan semua leverage serta stimulus yang ditawarkan pemerintah sepanjang krisis ini,” ujar Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W. Kamdani, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Shinta mengatakan pelaku usaha harus beradaptasi pada situasi yang tidak mudah. Salah satunya melalui efisiensi dan pemanfaatan teknologi. “Ini demi menghindari pemutusan hubungan kerja sebisa mungkin,” kata dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Shinta, pengusaha memproyeksikan tekanan ekonomi masih akan berlanjut hingga setahun ke depan di semua sektor. “Kami memperkirakan sekitar 50 persen pelaku usaha di berbagai sektor masih tertekan.” Dia mengatakan pemulihan semakin lambat jika vaksinasi belum berjalan. Bahkan, kata Shinta, tekanan pada beberapa sektor usaha, seperti penerbangan, pariwisata, dan akomodasi, masih akan terus berlangsung hingga 2023-2024. “Jadi, masih berat untuk kami bisa pulih hingga ke level sebelum pandemi. Perlu proses panjang,” kata Shinta.

Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, walau masih berada pada teritori negatif, sejumlah sektor tercatat mulai membaik pada triwulan III. Sektor transportasi dan pergudangan, kata dia, tumbuh 24,28 persen menjadi -16,70 persen dari -29,18 persen pada triwulan sebelumnya. “Ini sejalan dengan pelonggaran kebijakan pembatasan sosial yang dilakukan,” ujarnya. Airlangga memastikan pemerintah menjaga momentum pertumbuhan dan pemulihan ekonomi, di antaranya dengan meningkatkan belanja dan arus permodalan untuk dunia usaha, sehingga bisa mendorong investasi.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan insentif yang diberikan pemerintah untuk dunia usaha, baik dalam bentuk perpajakan maupun kredit modal kerja serta berbagai program penjaminan, akan terus digenjot pada tahun depan. “Kami berharap ini akan mengakselerasi kegiatan produktif, sehingga industri bisa kembali menyerap tenaga kerja,” ucapnya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, dari sisi lapangan usaha, industri pengolahan menjadi penyebab turunnya pertumbuhan ekonomi. Pada triwulan III, kontraksinya memang membaik menjadi -4,31 persen dari sebelumnya -6,19 persen. “Manufaktur menjadi penyumbang terbesar dalam struktur produk domestik bruto (PDB), yaitu 19,86 persen, sehingga menyumbang -0,89 persen pada penurunan pertumbuhan ekonomi,” katanya.

 GHOIDA RAHMAH

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus