Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Teuku Riefky, menilai Bank Indonesia (BI) dalam posisi yang cukup terpaksa untuk menahan suku bunga di level 6 persen selama dua bulan beruntun. Menurut Riefky, justru akan tidak bijak bila BI memilih menaikkan ataupun menurunkan suku bunga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Riefky mengatakan saat ini secara global sedang terjadi tren penurunan tingkat suku bunga. Oleh karena itu, kata Riefky, mustahil bila kemudian BI memilih untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan sendirian di tengah tren penurunan suku bunga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Maka, Riefky menilai, saat ini opsi yang dimiki oleh BI hanyalah menahan atau menurunkan suku bunga. Dengan catatan, bila suku bunga atau BI rate diturunkan, maka tekanan terhadap rupiah ini semakin deras lagi
“Memang menahan tingkat suku bunga saat ini saya rasa sudah cukup tepat,” kata Riefky ketika dihubungi pada Senin, 25 November 2024.
Analis pasar mata uang, Lukman Leong, juga mengatakan keputusan BI untuk menahan suku bunga selama dua bulan beruntun memang sudah menjadi senjata BI sejak lama untuk menahan laju depresiasi rupiah.
“Kalau dibilang (BI) mati langkah sih saya tidak tahu. BI (sepertinya) masih punya banyak langkah, cuma yang dipastikan suku bunga yang ditahan ini jelas berturut-turut untuk menahan kelemahan rupiah,” ucap Lukman ketika dihubungi secara terpisah.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Chief Economist atau Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA David Sumual. David juga menilai ada baiknya suku bunga tetap ditahan di level 6 persen. Ia menjelaskan, opsi menaikkan suku bunga akan menjadi dilematis bila diterapkan dalam kondisi ekonomi yang lemah seperti saat ini.
Sedangkan bila ingin menurunkan suku bunga, maka kestabilan nilai rupiah akan cukup terancam. Oleh karena itu, David menilai, perlu ada instrumen kebijakan lain di luar moneter yang dilakukan untuk dapat menghidupkan roda perekonomian, sehingga kestabilan nilai tukar rupiah tidak menjadi korban.
“Kita perlu ada kebijakan di luar suku bunga mungkin ya. Karena kan ini kita juga ingin menstabilkan rupiah di satu sisi, kita ingin juga sektor riil juga bergerak gitu ya,” ujarnya.