SUDAH jatuh, tertimpa tangga pula. Mungkin ungkapan ini pas untuk menggambarkan nasib ekspor Indonesia. Pasar domestik tidak tumbuh, sementara pasar internasional ambruk akibat jatuhnya ekonomi global. Apa boleh buat, ekspor Indonesia merosot tajam dan buntutnya mengguncangkan sektor riil.
Menurut data Januari-Oktober 2001, ekspor turun 6,84 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dari US$ 51,69 miliar menjadi US$ 48,12 miliar. Penurunan terjadi pada ekspor nonmigas (turun 6,87 persen) ataupun migas (melorot 6,67 persen). Ekspor untuk negara tujuan terbesar, Amerika Serikat dan Jepang, juga turun. Ekspor ke AS, yang semula senilai US$ 6,74 miliar, menjadi US$ 6,36 miliar. Sementara itu, ekspor ke Jepang turun dari US$ 6,04 miliar menjadi US$ 5,79 miliar.
Daya saing industri yang berorientasi ekspor dan menyerap tenaga kerja besar memang sangat menurun. Ini terjadi antara lain pada industri tekstil, kayu, pulp dan kertas, elektronik, alas kaki, dan produk kulit, yang merupakan 70 persen dari total ekspor nonmigas dan menyerap 70 persen dari total tenaga kerja. Menyimak angka 10 komoditi unggulan ekspor, ternyata hanya satu produk yang ekspornya naik, yaitu bijih, kerak, dan abu logam. Penurunan ekspor terbesar terjadi pada komoditi kopi, teh, dan rempah-rempah, yang berkurang 47,3 persen. Begitu pula minyak dan lemak nabati, yang merosot 28,8 persen, kertas (17,9 persen), ikan dan udang (10,9 persen), produk kimia (9,7 persen), kayu dan barang dari kayu (7,7 persen), mesin dan peralatan listrik (2,7 persen), serta pakaian jadi bukan rajutan (2 persen).
Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Rini Soewandi, mengingatkan turunnya ekspor ini akan berdampak sangat luas. Pemutusan hubungan kerja (PHK), yang berarti munculnya pengangguran baru, akan meluas dan kriminalitas pun makin menjadi. Menurut Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Jacob Nuwa Wea, angka pengangguran sekarang saja sudah mencapai 36,2 juta orang. PHK massal diperkirakan juga akan terjadi di industri pariwisata jika kunjungan wisatawan terus merosot. Saat ini sekitar 1,3 juta wisatawan membatalkan kunjungannya ke Indonesia.
Turunnya ekspor tersebut, selain disebabkan oleh daya saing yang melemah, juga di-akibatkan beberapa faktor lain. Pasar-pasar tradisional ekspor Indonesia seperti Amerika Serikat, Eropa Barat, dan Jepang saat ini memang tengah terpuruk dalam krisis ekonomi. Hal itu diperburuk lagi dengan serangan ke gedung World Trade Center dan Pentagon, 11 September lalu. Pasar ekspor Indonesia kian sempit dengan masuknya Cina ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Purwani Diyah Prabandari
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini