EKONOMI Indonesia 2002 tampaknya masih akan berwajah muram. Kombinasi semrawutnya kondisi di dalam negeri dan ancaman resesi global membuat angan-angan untuk bangkit dari keterpurukan masih harus digantung di atas langit. Tak adanya kepastian hukum dan meruyaknya ancaman keamanan dalam berusaha karena teror bom, kerusuhan, dan konflik SARA (suku, agama, ras, antar-golongan) membuat para investor enggan bertandang ke Indonesia. Belum lagi halangan lantaran gonjang-ganjingnya nilai tukar serta pelaksanaan otonomi daerah yang simpang-siur.
Merosotnya kegiatan ekonomi duniayang diperparah oleh serangan atas menara kembar World Trade Centerdiperkirakan akan membuat Indonesia makin menghilang dari radar para investor global. Prediksi terakhir Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut pertumbuhan ekonomi dunia tahun depan hanya sekitar 2,4 persen. Bahkan Amerikasang lokomotif ekonomi duniahanya tumbuh 1 persen. Karenanya IMF menaksir pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 3,2 persen. Angka itu jelas lebih rendah ketimbang asumsi pemerintah yang 4 persen.
Padahal untuk menampung membeludaknya tenaga kerja yang terus bertambah, pemerintah setidaknya membutuhkan pertumbuhan ekonomi minimal 8 persen per tahun. Tapi apa mau dikata, lunglainya ekonomi Amerika membuat pemasukan dari ekspor berkurang. Dan tanpa transfusi investasi baruterutama penanaman modal secara langsungekonomi akan tetap mengalami lesu darah. Alhasil, di tahun mendatang, jatuh-bangunnya ekonomi Indonesia diramalkan masih akan tergantung pada konsumsi di dalam negeri.
Namun ada pula nada optimistis. Sebagian ekonom meramalkan ekonomi Amerika akan mulai membaik pada semester kedua tahun depan. Sejalan dengan itu, bila Indonesia melakukan pembenahan ekonomipaling tidak menjalankan kesepakatan letter of intent secara lebih konsekuenkita bisa kecipratan rezeki, antara lain dengan kembali menggenjot ekspor besar-besaran ke negerinya Abang Sam itu. Angin segar akan kian berembus bila bank sentral mau melonggarkan kebijakan moneternya agar roda perekonomian kembali bergulir. Toh, inflasi di Indonesia terbukti tak bisa diperangi hanya dengan menaikkan suku bunga.
Nugroho Dewanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini