Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Terancam Karantina di Negara Tetangga

Ekspor nonmigas Indonesia ke negara ASEAN masih tumbuh 3,91 persen pada April lalu. 

21 Mei 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suasana pusat perkantoran di kawasan Sudirman, Jakarta. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Karantina wilayah atau lockdown di beberapa negara ASEAN akan mempengaruhi nilai ekspor.

  • Ekspor diarahkan ke negara-negara yang tidak melakukan lockdown atau karantina wilayah.

  • Pemerintah menyebut dampak lockdown di Singapura, Malaysia, dan Taiwan tidak begitu besar.

JAKARTA - Beberapa negara Asia Tenggara memberlakukan aturan baru soal pembatasan hingga penguncian wilayah untuk menekan penyebaran Covid-19. Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kementerian Perdagangan, Kasan Muhri, mengatakan hal itu mempengaruhi ekspor ke negara-negara tersebut. "Namun ekspor ke mitra dagang di ASEAN dan Asia masih menunjukkan pertumbuhan positif pada April lalu," ujar dia kepada Tempo, kemarin.

Menurut Kasan, ekspor non-minyak dan gas ke Singapura  tumbuh 7,30 persen secara bulanan. Kemudian, ekspor non-minyak dan gas ke Malaysia tumbuh 8,65 persen, ke Thailand tumbuh 1,69 persen, ke Cina tumbuh 5,40 persen, dan ke Taiwan naik 32,93 persen secara bulanan. Ekspor nonmigas Indonesia ke negara ASEAN juga masih tumbuh 3,91 persen pada April lalu dibanding bulan sebelumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan pengalaman tahun lalu, kata Kasan, ketika terjadi lockdown,  ekspor nonmigas ke negara-negara ASEAN tidak turun secara signifikan. Pada periode Januari-Juni 2020, kata dia, ekspor nonmigas ke Singapura hanya turun 0,72 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kawasan Pasar Tanah Abang di Jakarta, 12 Mei 2021. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Singapura kembali membatasi interaksi sosial setelah jumlah kasus Covid-19 meningkat dan sulit dilacak. Aturan lockdown atau karantina total tersebut berlaku hingga 13 Juni mendatang. Selain itu, pembatasan dilakukan dengan melarang rumah menerima lebih dari dua pengunjung berbeda per hari. Individu juga membatasi pertemuan dalam dua hari.

Malaysia juga melakukan penguncian secara nasional melalui program The Malaysian Government Movement Control Order (MCO). Lockdown tersebut berlaku dari 12 Mei hingga 7 Juni 2021. Program ini berjalan untuk ketiga kalinya setelah digelar pada Maret 2020 dan Januari 2021. Malaysia kini berada di tengah gelombang ketiga kebangkitan corona.

Adapun Taiwan juga memutuskan untuk menaikkan tingkat kewaspadaan Covid-19 di Taipei dan New Taipei setelah ditemukan 180 kasus penularan lokal. Pemerintah Taiwan memutuskan untuk melarang pertemuan dan menutup banyak tempat umum selama dua pekan ke depan.

Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian, Iskandar Simorangkir, mengatakan dampak lockdown di Singapura, Malaysia, dan Taiwan tidak begitu besar. Sebab, kata dia, ekspor komoditas Indonesia lebih banyak ke negara mitra dagang utama, seperti Cina, Amerika Serikat, dan Jepang. Menurut Iskandar, yang bakal terpengaruh adalah sektor jasa, khususnya pariwisata. "Sedangkan komoditas ekspor utama Indonesia tetap mereka butuhkan untuk konsumsi dan faktor input (industri)," ujar Iskandar.

Peneliti dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia, Yusuf Rendy Manilet, berujar lockdown  negara ASEAN perlu diantisipasi karena akan berpengaruh buruk terhadap ekspor. Selain itu, kata dia, perhatian perlu diarahkan pada India, karena negara tersebut merupakan salah satu mitra dagang terbesar. "Jika ekspor ke negara ini tertahan, pemerintah perlu mengkompensasi dengan meningkatkan kinerja ekspor ke negara lain," ujar Yusuf.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Hubungan Internasional, Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan pelaku usaha tidak akan terpengaruh oleh lockdown di tiga negara tersebut. Menurut dia, perdagangan dengan ketiga negara itu hanya 13-14 persen dari total ekspor nasional ke dunia. "Ekspor ke negara-negara tersebut masih bisa diminimalkan bila kita memastikan kelancaran logistik perdagangan atau pasokan ekspor dari Indonesia ke negara tersebut selama lockdown," ujar Shinta.

Menurut Shinta, perlu penetrasi ekspor ke negara lain yang memiliki pasar besar dan permintaan yang lebih stabil. Karena itu, Shinta berujar, hal yang penting dilakukan adalah berfokus pada perbaikan kinerja dan daya saing produk ekspor di dalam negeri.

LARISSA HUDA 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus