BANYAK pertanyaan diajukan para anggota DPR dalam acara
tanyajawab dengan Gubernur Bank Indonesia pekan lalu. Tapi ada
satu yang agaknya terlewatkan: Tentang sejumlah emas lantakan
yang diborong BI di pasaran internasional. Diam-diam sejak awal
tahun 1980, BI telah menyisihkan sebagian dari cadangan
devisanya untuk dibelikan emas di bursa-bursa luar negeri.
Dari waktu ke waktu, BI telah melakukan pembelian, sehingga di
akhir Desember 1980, bank sentral yang dipimpin Rachmat Saleh
itu telah mengumpulkan emas sebanyak 2,4 juta troy ounce lebih
sedikit. Kalau dihitung dalam ukuran sini (1 troy ounce sekitar
31 gram), maka BI di penutup tahun 1980 telah memiliki sebanyak
76.900 kg emas lantakan (batangan).
Seorang pejabat yang dekat dengan BI tak mengelak ketika
ditanya. "Yah, BI melakukan pembelian secara berkala demi
pengamanan," katanya. Terhadap bahaya apa? Pejabat itu pun
menunjuk pada peristiwa dibekukannya kekayaan (assets)
pemerintah Iran sebanyak US $8 milyar di berbagai bank AS.
"Kalau itu bisa terjadi terhadap Iran, tindakan yang sama bisa
terjadi terhadap negara lain. juga Indonesia," jelasnya.
Gengsi
Tindakan Presiden AS Jimmy Carter ketika itu rupanya membuat
banyak gubernur bank sentral tak nyenyak tidur. Bukan hanya
negara-negara minyak di Timur Tengah yang menyerbu pasaran emas,
tapi juga Indonesia. Menyimpan emas, berbeda dengan menyimpan
mata uang atau surat-surat berharga lain di bank, dapat
dicairkan setiap waktu dibutuhkan. Ketika itu, pada awal 1979,
harga emas bergerak antara US$ 475 dan US$500 per troy ounce.
Tapi itu belum seberapa dibandingkan setelah pecahnya invasi
tentara Rusia ke Afghanistan pada 27 Desember 1979. Beberapa
hari setelah itu, di awal tahun 1980, harga emas pun menggila
sampai US$ 690 per troy ounce.
Indonesia yang memborong emas sampai 76,9 ton kabarnya telah
menyisihkan sejumlah US$1,2 milyar, atau sekitar 17% dari jumlah
cadangan devisa yang kini masih US$7 milyar. Pembelian BI itu
membuat Indonesia tercatat sebagai pemilik emas besar di ASEAN.
Menurut catatan Dana Moneter Internasional (IMF), adalah
Indonesia yang di akhir Desember 1980 memiliki 2,4 juta troy
ounce emas lantakan. Malaysia waktu itu memiliki 2,3 juta
troy ounce, sedikit di bawah Indonesia. Tapi Muangthai sedikit
di atas Indonesia, yakni 2,45 juta troy ounce.
Patut diketahui kedua anggota ASEAN itu sejak lama telah membeli
emas. Sedang Indonesia, sebagai pembeli yang tiba-tiba menonjol,
terpaksa harus membayar harga emas yang tinggi. Dengan harga
emas yang kini merosot hingga sekitar US$500 per troy ounce di
pasaran internasional -- atau di pasaran Jakarta di bawah Rp
11.000 per gram -- BI diperkirakan mengalami kerugian yang cukup
besar sekitar US$ 150 juta.
BI juga kehilangan kesempatan memperoleh bunga 15% setahun yang
berlaku di bank-bank Eropa ketika itu. Sebuah sumber di BI
berpendapat itu memang risiko yang harus ditanggung. Tapi dia
yakin, "harga emas cenderung akan naik lagi," katanya.
Kapan? Beberapa pengamat mengangkat bahu, tanda tak pasti.
"Sulit untuk menebak, meskipun saya yakin harga akan membaik
lagi," kata Hiap Seng, pedagang emas di Jalan Kenanga, daerah
Senen, Jakarta. Berakhirnya penyanderaan warganegara AS di
Iran, dan masuknya Ronald Reagan ke Gedung Putih menggantikan
Jimmy Carter, membuat mata-uang dollar AS bertambah kuat. Ini
pada gilirannya membuat harga emas menurun. Dan sang dollar
nampaknya semakin bergengsi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini