Lama tidak bergema, tiba-tiba PT Pupuk Sriwijaya (PT Pusri) sudah berusia 32 tahun alias empat windu. Selain bertambah matang, seharusnya kian berperan. Dan indikasinya memang ada. "Tahun ini kami mengalami over target," ujar Ir. Suhadi, Dirut PT Pusri, pada upacara pelepasan produk akhir 1991, yang sekaligus merupakan pesta ulang tahun BUMN itu. Dengan tiga unit pabriknya, Pusri II, III, dan IV, PT Pusri mampu mencapai produksi lebih dari 1,6 juta ton urea dari target 1,5 ton. Target amoniak 915 juta ton, realisasinya 945 juta ton. Ini berarti kenaikan 4,4% urea dan 1,6% amoniak dari tahun lalu. Ekspor masih kecilkecilan, memang. "Kami baru ekspor bila kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi," ujar Suhadi. Sampai Oktober 1991, hasil penjualan tak kurang dari Rp 1,072 trilyun. Padahal pembangunan unit IB baru rampung pada 1993. Dibangun dengan biaya US$ 248 juta, menurut Suhadi, pabrik ini berteknologi canggih, bisa menghemat 20% energi. Maka, dari empat unit itu, Pusri mampu memproduksi urea 2,09 juta ton, mulai 1993. Bukan mustahil, produksi pupuk nasional akan melimpah. Sebab PT Pupuk Kujang, PT Pupuk Kaltim, dan PT Pupuk Iskandarmuda pun menunjukkan trend produksi yang meningkat. Tapi Suhadi optimistis. "Selama ada kebutuhan pangan, pupuk masih tetap perlu," ujarnya. Sejak 1979, Pusri juga berfungsi sebagai penyalur tunggal pupuk se-Indonesia. Sukses lain ialah sebagai bapak angkat terbaik untuk 77 unit pengusaha kecil di 12 provinsi -- lima di antaranya telah memenangkan Upakarti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini