MESKIPUN Visit Indonesia Year 1991 dinilai sukses, tampaknya kita belum bisa menandingi keberhasilan Tahun Wisata Malaysia 1990. Ketika itu Malaysia hanya menargetkan 4,3 juta wisatawan asing. Ternyata, yang singgah ke Malaysia hampir mencapai 7,5 juta orang, dan devisa yang dikeruk sekitar US$ 4,5 milyar. Menurut Daing A. Rahman, mantan manajer proyek Tahun Wisata Malaysia 1990 -- kini menjadi staf Sekretariat Tahun Wisata ASEAN 1992 -- keberhasilan Malaysia itu tak terlepas dari promosi yang tidak kepalang tanggung. Pemerintah Kerajaan mengeluarkan 92 juta ringgit Malaysia (Rp 65,6 milyar) sejak 1988 hingga akhir 1990. "Strategi promosi yang kami lancarkan ke luar negeri memberikan hasil yang memuaskan," ujar Daing. Brosur-brosur, kaset-kaset video mengenai obyek wisata disebar ke Inggris, Jerman, Jepang, Australia, Hong Kong, Taiwan, Amerika, dan berbagai negara sumber wisatawan. Suwito Raharjo, seorang pimpinan teras PHRI, bertutur pada Suara Karya, bahwa ia begitu terkesan pada kiat Malaysia berpromosi di Jepang. Sewaktu berlangsung kongres Japan Travel Association (Jata) di Tokyo pada 1983, Suwito melihat juru promosi dari Malaysia menjamu 1.200 peserta kongres sambil menggelar video tentang obyek-obyek wisata Malaysia. "Cara-cara seperti itulah yang menyedot lebih dari 660.000 wisatawan Jepang ke Malaysia pada 1990, sementara yang ke Indonesia hanya 260.000," ujar Suwito. Di dalam negeri, program pariwisata yang dirancang sejak jauh hari terus diperbaiki untuk kenyamanan pada turis. Kampanye yang dilancarkan terus-menerus selama dua tahun benar-benar meresap ke semua lapisan rakyat Malaysia. "Semua pihak, memberikan dukungan sepenuhnya kepada Pemerintah untuk menarik wisatawan asing," ujar Daing. Hasilnya memang nyata. Sementara pada 1989 hanya terjaring 4,8 juta wisatawan, pada 1990 Malaysia berhasil meningkatkan arus wisatan asingnya hingga 53% atau menjadi 7,5 juta orang. Mereka ini berada di Malaysia sedikitnya sehari semalam. Sedangkan yang datang dan pergi hanya dalam satu hari tidak termasuk hitungan. "Kalau mereka dihitung sebagai wisatawan juga, angka riil orang asing yang menginjakkan kaki ke Malaysia mencapai 12 juta orang," kata Daing. Perang Teluk dan lesunya perekonomian dunia, begitu dalih Daing, ternyata juga berpengaruh pada pariwisata Malaysia tahun 1991. Arus wisatawan merosot hingga 23% atau tinggal 5 juta orang. Pada Visit ASEAN Year 1992, Malaysia merasa yakin mampu mengulang sukses 1990. Kiatnya hampir sama: promosi besarbesaran dan memperbaiki program-program yang sudah ada. Ada anggapan, dana promosi yang minimal membuat suatu negara kurang diminati wisatawan. Boleh jadi, hal itu benar. Tahun lalu, 1991, pemerintah Indonesia menyediakan dana promosi ke 16 kota di dunia hanya US$ 5 juta. Sedangkan negara-negara ASEAN lainnya, menurut Direktur Bina Pemasaran Deparpostel, Udin Saifuddin, jauh lebih besar. Malaysia mengeluarkan US$ 40 juta, Muangthai US$ 47 juta, dan Singapura US$ 17 juta. "Idealnya, dana promosi Indonesia 4-6% dari devisa yang mencapai US$ 2,1 milyar itu," katanya. Cukup masuk akal bila Singapura, yang mengandalkan produk wisatanya dari impor, bisa menggaet 5,3 juta wisatawan asing pada 1990. Ekram H. Attamimi dan PBS
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini