Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo.Co, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir berharap kualitas rumah sakit BUMN bisa lebih unggul dari rumah sakit swasta. Salah satu langkah yang perlu ditempuh, kata dia, adalah dengan menggenjot loyalitas, kerjasama tim, dan peningkatan kualitas tim.
Ia meminta profesionalitas dan kerja tim yang transparan bisa berjalan. Contohnya saja apabila ada pasien yang datang, tim dokter bisa melakukan analisis apa penyakit dan obat yang perlu dikonsumsi. "Jadi bukan masing-masing dokter memberikan obat," ujar Erick Thohir di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin, 10 Februari 2020.
Selain itu, Erick Thohir mengatakan dokter ahli di rumah sakit BUMN juga bisa memberikan kesempatan kepada para dokter muda untuk menjadi dokter day to day kepada pasien. "Jika sistem yang mudah ini berjalan, maka rumah sakit BUMN bisa lebih baik daripada swasta."
Menurut Erick Thohir, rumah sakit BUMN sejatinya memiliki dua kepentingan, yang pertama adalah pelayanan kepada masyarakat dan kedua adalah bisnis. Ia mengatakan rumah sakit pelat merah berbeda dengan swasta yang murni berbisnis. "BUMN harus memiliki nilai ekonomi dan sosial untuk Indonesia, rumah sakit juga tidak kalah pentingnya, selain berbisnis, penting juga kita melayani kebutuhan rakyat," tutur dia.
Meski demikian, Erick Thohir berharap perusahaan pelat merah bisa berfokus kepada bisnis inti, tak terkecuali rumah sakit BUMN. Oleh sebab itu, menyoroti sektor alat kesehatan dan obat-obatan di Tanah Air yang masih banyak mengandalkan impor.
Bisnis itu pun, kata Erick Thohir, ke depannya mesti ditunjang dengan kemampuan dan inovasi teknologi. Ia mengatakan inovasi saja tidak cukup di era disrupsi denga adanya artificial inteligence dan big data. Dari seluruh langkah itu juga, tutur dia, ujung dari semua investasi adalah adanya pemasukan untuk negara.
Erick Thohir berharap pendapatan dari konsolidasi rumah sakit BUMN bisa mencapai sekitar Rp 8 triliun. Saat ini, potensi pendapatan dari rumah sakit BUMN baru mencapai Rp 5,6 triliun dengan Ebitda Rp 510 miliar. "Karena kita belum konsolidasi dengan maksimal," ujar Erick. Ia mengatakan saat ini ada 64 rumah sakit BUMN dengan total 6.500 tempat tidur.
Harapannya, dengan adanya konsolidasi ini rumah sakit BUMN bisa lebih fokus kepada bisnis kesehatan. Mengingat, sebelumnya rumah sakit-rumah sakit itu dimiliki oleh perseroan yang tidak fokus kepada kesehatan. "Jadi sekarang dituntut menjadi ahli di bidangnya."
Direktur Utama Pertamedika IHC Fathema Djan Rachmat mengakan saat ini rumah sakit pelat merah memiliki potensi sumber daya antara lain 940 dokter umum, 1.473 dokter spesialis, dan 159 dokter subspesialis. Selain itu, mereka memiliki 126 ruang operasi, 298 operasi jantung, 572 mesin hemodialisis, 2 unit radioterapi, 5 mesin MRI, dan 20 mesin CT Scan.
Adapun dukungan yang diperlukan dari para pemangku kebijakan dan pemegang saham untuk mewujudkan konsolidasi rumah sakit BUMN ini, kata Fathema, antara lain persetujuan dari masing-masing pemegang saham rumah sakit BUMN terkait rencana atau program kerja integrasi rumah sakit BUMN. Selain itu juga komitmen dari seluruh rumah sakit BUMN untuk melaksanakan program inisiatif strategis yang telah disusun.
"Kami optimistis bisa terkonsolidasi revenue Rp 8-10 triliun di masa mendatang dan harapannya bisa terwujud dalam waktu singkat," tutur Fathema.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini