Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Pos Indonesia (Persero) dikabarkan berencana melakukan transformasi besar dengan mengadopsi teknologi robotik dan digitalisasi. Hal ini memicu spekulasi dan kekhawatiran, terutama di kalangan karyawan, terkait kemungkinan PHK massal.
Direktur Operasi dan Layanan Digital PT Pos Indonesia (Persero), Hariadi, mengungkapkan bahwa perusahaan terus melaksanakan langkah-langkah transformasi dan inovasi dengan mengadopsi teknologi terbaru. Salah satu teknologi yang diperkenalkan adalah mesin sortir robotik dan sistem identifikasi yang menggunakan gelombang radio atau RFID (Radio Frequency Identification).
Hariadi menyebutkan bahwa teknologi mesin sortir robotik ini akan membantu meningkatkan efisiensi dan akurasi dalam proses penyortiran barang. Sementara itu, sistem RFID akan mempermudah pelacakan dan pengelolaan barang yang dikirim, sehingga proses operasional pengiriman dapat berjalan lebih lancar dan cepat. Hariadi menegaskan bahwa penerapan kedua teknologi ini adalah bagian dari upaya berkelanjutan perusahaan untuk memberikan layanan yang lebih baik dan modern kepada pelanggan.
"Kehadiran teknologi ini merupakan upaya Pos Indonesia dalam melakukan otomatisasi proses menyortir barang-barang pengiriman. Tujuannya, agar memiliki competitive advantage dan competitive comparative di jasa pengiriman," ujarnya.
Menurut dia, perusahaan logistik tersebut ingin menjadi leader di cost competitiveness, dengan menambah kapasitas, memperbaiki kualitas kerja untuk jangka pendek dan mengantisipasi kebutuhan SDM yang semakin bertambah dan semakin mahal di jangka panjang.
Dikatakannya, kehadiran mesin sortir robotik diharapkan mampu menurunkan biaya sumber daya manusia (SDM) di jajaran Processing Center, bahkan, diperkirakan bisa menurunkan biaya SDM antara 60-80 persen.
Kemudian, tambahnya, penerapan mesin sortir robotik akan meningkatkan kapasitas jumlah barang yang dikirimkan serta menurunkan irregularitas atau penurunan salah salur. "Selama ini sangat mungkin terjadi karena sangat mengandalkan manusia. Sekarang sudah tidak mungkin salah," ujarnya.
jenis dan spesifikasi mesin sortir robotik yang diterapkan di Pos Indonesia adalah Autonomous Mobile Robots (AMR) yang di dalamnya terdapat Artificial Intelligence (AI), dilengkapi dengan sensor dan teknologi komputasi sehingga dapat mempelajari dan menafsirkan lingkungannya.
Penggunaan mesin sortir robotik dengan kecepatan 2 meter per detik mampu meningkatkan kapasitas perusahaan yakni 700 persen dan akan ditingkatkan sesuai kebutuhan.
Jumlah robot terpasang di SPP Surabaya sebanyak 40 buah dan menyusul untuk SPP Jakarta dengan jumlah yang sama. "Inovasi dan transformasi yang kami lakukan ini diharapkan bisa meningkatkan kepuasan pelanggan ke depannya, serta memberikan pengalaman baru," ujar Hariadi.
Mengurangi Cost Gaji Karyawan
Direktur Utama PT Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi mengatakan, investasi tersebut dilakukan guna mengurangi pengeluaran tetap atau fixed cost, di mana biaya paling besar digunakan untuk membayar gaji karyawan.
"Processing di Surabaya dan Jakarta, kita sudah menggunakan robotik. Penggunaan robotik dan digitalisasi kita perluas, supaya apa, dengan robot kan lebih efisien, kerja 24 jam, tidak ada salah sortir karena human error, tidak ada rusak karena barang dilempar-lempar," ujar Faizal usai "Book Talk & Ngopi Sore" di Jakarta, Rabu.
Faizal menyampaikan, investasi pada robotik dan digitalisasi membutuhkan biaya yang sangat besar. Namun, hal ini akan membuat perusahaan bertahan untuk jangka waktu yang panjang.
150 Karyawan Digantikan
Lebih lanjut, Faizal mengatakan bahwa terdapat lebih dari 1.000 karyawan PT Pos Indonesia yang pensiun. Namun demikian, pihaknya memutuskan hanya mengganti 10 persen saja atau sekitar 100-150 karyawan baru.
Menurut Faizal, saat ini perusahaan plat merah tersebut akan menjalin kemitraan dengan pihak ketiga sebagai upaya efisiensi. Beberapa bidang yang akan diganti dengan kemitraan antara lain penjaga loket serta pengantar logistik.
"Sekitar 100-150 orang saja, kita rekrut langsung yang sarjana, sedangkan yang karyawan seperti jaga loket, yang antar kita ganti dengan kemitraan. Jadi polanya bukan karyawan tetap atau karyawan kontrak, tapi melalui kemitraan, sangat efektif dan itu yang menyelamatkan kita," ucapnya.
Pilihan Editor: Spotify PHK 1.500 Karyawan Saat Sedang Raup Untung Besar
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini