Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sejumlah saham emiten otomotif melemah dalam sebulan terakhir.
Konsumen menahan pembelian karena menunggu perpanjangan diskon pajak mobil baru.
Pemberian diskon pajak diperkirakan lebih ketat dibanding pada 2021.
JAKARTA – Pergerakan harga saham sejumlah emiten sektor otomotif tersendat. Salah satunya saham PT Astra International Tbk (ASII) yang melemah 1,29 persen selama sebulan terakhir. Kemudian saham PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) yang turun hingga 10,44 persen dalam satu bulan terakhir. Saham perusahaan distributor Datsun, PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), juga turun 11,3 persen pada periode yang sama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Analis bursa dari Sucor Sekuritas, Edward Lowis, berujar program diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) mobil sudah berakhir pada Desember 2021. Namun pemerintah belum juga memberikan kepastian soal nasib kebijakan tersebut. Ketidakpastian ini, kata Edward, bakal memberatkan kinerja saham sektor otomotif.
“Konsumen juga akan cenderung menunggu kepastian kebijakan pemerintah. Jadi, akan sangat wajar apabila volume penjualan mobil pada awal 2022 cenderung melemah," tutur Edward kepada Tempo, kemarin.
Layar pergerakan indeks harga saham gabungan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia menjelaskan, sektor otomotif sebenarnya masih sangat prospektif untuk jangka menengah-panjang. Pasalnya, rasio kepemilikan mobil masih rendah dan ada kenaikan harga komoditas yang meningkatkan daya beli masyarakat. Namun, ujar Edward, dalam jangka pendek, pelaku pasar ada kemungkinan akan bersikap menunggu kepastian pelonggaran diskon pajak.
Edward menilai kinerja industri otomotif akan terus membaik pada tahun ini dengan volume penjualan mobil menembus 950 ribu-1 juta unit. Angka tersebut berada di atas target yang ditetapkan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), yakni 900 ribu unit. Ia menyebutkan perbaikan mobilitas dan daya beli konsumen menjadi kunci untuk mendorong penjualan mobil.
"Tapi perlu diingat bahwa target penjualan mobil ini masih jauh di bawah capaian sebelum masa pandemi Covid-19 yang bisa 1,2 juta per tahun," ujar Edward.
Analis dari MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menyatakan, secara teknikal, pergerakan ASII akan cenderung terkoreksi dalam jangka pendek untuk menguji titik terendah (support) di level 5.550 per lembar. Hal itu, kata Herditya, terlihat dari indikator Stochastic yang berpotensi terkoreksi meskipun indikator konvergensi/divergensi rata-rata bergerak (MACD) masih menunjukkan penguatan.
Adapun IMAS, tutur Herditya, berdasarkan indikator MACD dan Stochastic, menunjukkan potensi penguatan. Selama masih mampu bertahan di atas support 785, IMAS diperkirakan mampu melanjutkan penguatan. Begitu pula saham emiten komponen otomotif, PT Selamat Sempurna Tbk (SMSM), secara teknikal penguatannya sudah menembus moving average (MA) 60 dan dari sisi Stochastic pun menunjukkan potensi penguatan.
"Untuk AUTO (PT Astra Otoparts Tbk) diperkirakan masih relatif sideways. Hal itu tampak dari MACD yang masih berada di zona negatif dan Stochastic yang sideways di zona oversold," ujar Herditya.
Pameran otomotif Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2021 di ICE BSD City, Tangerang, 11 November 2021. TEMPO/Tony Hartawan
Direktur Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira Adhinegara, mengatakan kinerja saham otomotif masih terpengaruh oleh pandemi sehingga stimulus PPnBM dari pemerintah diharapkan terus diberikan. Tanpa adanya stimulus, tutur dia, beberapa produsen mobil akan mengalami tekanan penjualan sepanjang semester I 2022. Salah satu faktornya adalah penyebaran varian Omicron.
Ia mengungkapkan, pada Desember 2021, indeks keyakinan konsumen kelompok pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan menurun dari 124,9 menjadi 124,1. Indeks pembelian barang tahan lama juga terkoreksi dari 93 ke 91,9. Adapun hal yang menarik, kata Bhima, adalah kesiapan konsumen menghadapi inflasi bahan pangan ataupun bahan bakar yang berisiko mengurangi pembelian barang sekunder dan tersier.
Menurut Bhima, fokus konsumen pada 2022 adalah bersiap menghadapi inflasi sehingga pendapatan masyarakat akan terbagi antara persiapan membeli makanan dan bahan bakar minyak yang harganya menjadi lebih mahal atau tetap membeli mobil baru. Dampak dari ketidakpastian diskon pajak juga mempengaruhi keinginan konsumen membeli mobil bekas. "Faktor-faktor ini yang membuat proyeksi harga saham otomotif akan lesu," ujar Bhima.
Pergerakan saham IMAS sudah turun 6,3 persen dalam sepekan terakhir. Kemudian, AUTO juga turun 1,76 persen dan Indomobil Multi Jasa (IMJS) 8,13 persen. Menurut Bhima, koreksi di saham otomotif bakal berlanjut karena pemberian diskon pajak diperkirakan lebih ketat dibanding pada 2021. Pemerintah akan berfokus menggenjot penerimaan pajak dengan mengurangi berbagai stimulus.
Juru bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri, berujar Kementerian telah mengusulkan kebijakan PPnBM sebesar nol persen secara permanen bagi mobil dengan kapasitas silinder di bawah 1.500 cc, pembelian lokal minimal 80 persen, dan harga penjualan (on the road) di bawah 250 juta. Ia berujar usul tersebut telah disampaikan kepada Menteri Keuangan pada 24 Desember 2021.
"Saat ini sedang dibahas bersama kementerian/lembaga terkait, termasuk Kementerian Koordinator Perekonomian serta Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi," ujar Febri.
Dalam konferensi pers kemarin, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah akan melanjutkan berbagai insentif untuk dunia usaha pada 2022. Salah satunya, pemerintah akan melanjutkan fasilitas diskon PPnBM untuk pembelian mobil. Berlaku untuk mobil segmen low cost green car (LCGC) dengan harga di bawah Rp 200 juta.
"Pemerintah akan menanggung seluruh PPnBM pada kuartal I. Artinya 3 persen akan ditanggung pemerintah,” tutur Airlangga. Sedangkan pada kuartal II, pemerintah akan mengurangi insentif menjadi 2 persen ditanggung pemerintah, pada kuartal III menjadi 1 persen ditanggung pemerintah, dan pada kuartal IV tarif PPnBM akan kembali normal.
Sedangkan untuk kendaraan dengan harga Rp 200-250 juta dengan tarif PPnBM 15 persen, pemerintah akan menanggung 50 persen pajak sampai kuartal I. “Pada kuartal II sudah membayar full,” kata Airlangga.
LARISSA HUDA | FRANCISCA CHRISTY ROSANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo