KIAT Prajogo Pangestu masuk ke bursa Malaysia dengan tukar- menukar saham mulai ditiru pengusaha lain. Seperti diketahui, Februari lalu Prajogo menguasai perusahaan CASH (Construction and Supplies House) Berhad di bursa saham Kuala Lumpur (KLSE) dengan menjual sebagian saham dari tiga perusahaan milik keluarganya (Rindaya Wood Processing Sdn. Bhd. yang berpangkalan di Malaysia, Lombda Pty. Ltd. di Papua Nugini, serta Nantong Plywood Industry Co. Ltd. di RRC) kepada CASH. Pekan lalu Grup Salim diberitakan mengambil perusahaan SEAL di bursa yang sama dengan kiat yang sama. Grup Salim menjual saham Energy Process Services Ltd. (EPS) ke SEAL. Untuk itu SEAL akan mengeluarkan 69,12 juta saham baru senilai M$ 345 juta (sekitar Rp 260 miliar). SEAL sebenarnya sudah rugi sekitar M$ 10,4 juta pada Juni 1993. Tapi Grup Salim menjamin, dengan menguasai EPS, SEAL akan melaba M$ 43,2 juta dalam dua tahun berturut-turut. Manajemen SEAL akan dipegang Grup Salim, karena saham yang diperolehnya dari SEAL mewakili 69,12% pemegang saham. EPS adalah perusahaan berpangkalan di British Virgin Island, yang dikelola Johanes Kotjo, satu dari tiga eksekutif Grup Salim. Perusahaan ini mempunyai saham 80% di PT Genindo EPS Petroleum (20% saham lagi milik Bambang Trihatmodjo), kontraktor minyak Pertamina di Kalimantan Timur. Ladang minyak Genindo diperkirakan mengandung 208 juta barel minyak, sementara dewasa ini baru menghasilkan sekitar 3.000 barel minyak mentah per hari. Selain CASH dan SEAL, kabarnya ada beberapa perusahaan lagi di bursa Kuala Lumpur yang sahamnya akan dibeli oleh pengusaha Indonesia. Hutomo Mandala Putera dan Setiawan Djody, konon, akan membeli saham Mycom Berhad, yang memproduksi mobil balap Lamborghini. Selain mereka, ada pengusaha properti Malaysia, Lien Hoe, yang merintis kerja sama dengan perusahaan perkayuan di Sumatera. Sementara itu, kelompok Advance Synergy, yang bergerak di sektor bank dan kayu, akan menggandeng PT Ustraindo Indonesia untuk pertambangan minyak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini