PT Telkom selalu tampil sebagai perusahaan yang paling sukses menghimpun dana. Setiap kali mengumumkan hajatnya untuk membangun proyek baru, Telkom dengan mudah memperoleh dukungan dari berbagai lembaga keuangan terkemuka. Pada Protel (proyek telekomunikasi) III dan IV, Telkom memperoleh pinjaman dari Bank Dunia tak kurang dari US$ 721 juta. Selain itu, masih ada pinjaman dari ADB sebesar US$ 195 juta yang dipakai untuk membangun jaringan telepon di Sumatera dan Sulawesi. Kemudahan yang sama terulang saat Telkom menggarap Protel V, yang akan dimulai awal 1995. Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia (ADB), KFW Jerman, Bank Exim Amerika dan Bank Exim Jepang, semua siap mengucurkan dana. Dari lima bank tersebut, Telkom telah memperoleh konsesi pinjaman sekitar Rp 20 triliun, yang akan dipakai untuk membiayai pembangunan telekomunikasi selama Pelita VI. Sebagai "pelopor", pekan lalu Bank Dunia sudah menyatakan kesanggupannya mengucurkan dana US$ 400 juta (sekitar Rp 860 miliar). Dana sebesar itu akan dicairkan Telkom pada awal tahun depan untuk membiayai pembangunan satu juta satuan sambungan telepon (SST), termasuk proyek modernisasi dan pemeliharaan jaringan, serta pembangunan serat optik bagi gedung-gedung bertingkat. Ada hal yang baru dalam penggarapan Protel ini, yakni Telkom akan membagi proyek ini dalam skala yang lebih kecil. Sebelumnya, proyek terkecil berupa pembangunan 5.000 SST, tapi kini diperkecil menjadi 2.500 SST. Ini demi pemerataan, seperti yang dikatakan Kusmarhati Sugondo, Direktur Pembangunan PT Telkom.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini