Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Google Memulai Proyek Geothermal untuk Memasok Energi di Pusat Data

Raksasa Google bekerja sama dengan Fervo membangun proyek listrik geothermal untuk memasok energi yang lebih bersih bagi pusat data Google.

1 Desember 2023 | 06.08 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Logo Google di kantor Google untuk Asia Pasifik di Singapura, 13 Desember 2019. TEMPO | Gangsar Parikesit

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Google bekerja sama dengan Fervo untuk memasok energi yang lebih bersih bagi pusat data raksasa Google di Amerika Serikat lewat proyek geothermal terbarunya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini


Dilansir dari The Verge, 29 November 2023, proyek ini merupakan proyek panas bumi atau geothermal pertama di dunia yang kini telah beroperasi di Nevada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fervo merupakan sebuah perusahaan rintisan yang telah mengembangkan teknologi baru untuk memanfaatkan tenaga panas bumi. Karena mereka menggunakan taktik yang berbeda dari pembangkit listrik tenaga panas bumi tradisional, proyek ini merupakan proyek yang relatif kecil dengan kapasitas 3,5 megawatt.

Sebagai gambaran, satu megawatt cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik sekitar 750 rumah. Proyek ini akan memasok listrik ke jaringan lokal yang melayani dua pusat data Google di luar Las Vegas dan Reno.

Proyek ini adalah bagian dari rencana Google untuk menggunakan listrik bebas polusi karbon sepanjang waktu pada tahun 2030. Untuk mencapai tujuan tersebut, Google harus mendapatkan lebih banyak sumber energi bersih dan Google melihat panas bumi sebagai bagian penting dari bauran listrik masa depan yang dapat mengisi setiap kali energi angin dan matahari berkurang.

"Jika Anda berpikir tentang seberapa jauh kita memajukan penyimpanan tenaga angin, tenaga surya, dan lithium ion, inilah kami, ini adalah hal yang berikutnya dan kami merasa perusahaan memiliki peran besar dalam memajukan teknologi ini," ujar Michael Terrell, direktur senior energi dan iklim di Google.

Proyek ini telah dikerjakan sejak tahun 2021, ketika Google mengumumkan "perjanjian perusahaan pertama di dunia untuk mengembangkan proyek tenaga panas bumi generasi berikutnya."

Energi panas bumi memanfaatkan panas yang berasal dari dalam Bumi. Namun, upaya ini bukanlah pembangkit listrik tenaga panas bumi biasa, yang biasanya mengambil cairan panas dari reservoir alami untuk menghasilkan uap yang memutar turbin.

Proyek baru ini sebenarnya dibangun di pinggiran ladang panas bumi yang sudah ada, yang terdapat batu panas, tetapi tidak ada cairan. Untuk menghasilkan energi panas bumi di sana, Fervo harus mengebor dua sumur horizontal untuk memompa air.

Fervo mendorong air dingin melalui rekahan di dalam batuan, yang memanaskannya sehingga dapat menghasilkan uap kembali ke permukaan. Ini adalah sistem loop tertutup, sehingga air dapat digunakan kembali. Proses ini merupakan proses penting di wilayah yang rawan kekeringan seperti Nevada.

Fervo juga memasang kabel serat optik di dalam dua sumur untuk mengumpulkan data tentang aliran, suhu, dan kinerja sistem panas bumi. Hal ini merupakan taktik yang diperoleh dari industri minyak dan gas untuk memanfaatkan sumber daya energi yang sebelumnya tidak terjangkau.

"Proyek ini sangat menjanjikan bagi kami karena sudah memanfaatkan teknologi yang sudah ada dan telah digunakan di bidang minyak dan gas," kata Terrell. "Jadi kami merasa ini memiliki banyak potensi, dan banyak potensi untuk online lebih cepat daripada nanti."

Selain kesepakatan dengan Google ini, Fervo juga mendapat dukungan untuk teknologinya dari perusahaan investasi iklim Bill Gates, Breakthrough Energy Ventures, dan Departemen Energi Amerika Serikat.

Tidak seperti pembangkit listrik tenaga angin dan surya yang sensitif terhadap cuaca dan waktu, proyek-proyek panas bumi dapat menghasilkan listrik dengan basis yang lebih konsisten. Itulah salah satu alasan mengapa Google bekerja untuk menghadirkan lebih banyak proyek seperti ini.

Pada bulan September, Google mengumumkan kemitraan lain dengan lembaga nirlaba, Project InnerSpace, untuk memanfaatkan kekuatan masing-masing untuk mengatasi tantangan kritis yang dihadapi pengembangan panas bumi, termasuk pengembangan alat pemetaan dan penilaian sumber daya panas bumi global.

Untuk saat ini, perusahaan ini masih bungkam tentang lokasi lainnya yang akan mereka coba menggunakan energi panas bumi alias geothermal untuk pusat datanya. Pusat data sendiri terkenal menghabiskan banyak sekali listrik, menggunakan sekitar 1 persen listrik global.

Dwi Arjanto

Dwi Arjanto

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus