Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Analis MNC Sekuritas, Tirta Widi Gilang Citradi, melihat langkah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. atau GoTo melakukan initial public offering (IPO) di tengah laporan keuangan yang merugi tidak akan membuat harga saham langsung anjlok. Ia menyebut GoTo telah menunjuk agen stabilisasi untuk mengantisipasi auto rejection bawah (ARB).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Jadi untuk jangka pendek saya melihat kasus seperti BUKA (Bukalapak) tidak akan terjadi di GoTo. Lagipula GoTo juga punya kepentingan melantai di bursa luar,” ujar Tirta saat dihubungi pada Jumat, 18 Maret 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Prospektus GoTo menunjukkan pada Juli 2021, entitas gabungan Gojek dan Tokopedia itu masih membukukan kerugian Rp 8,1 triliun. Kerugian ini lebih kecil dari posisi pada akhir 2020.
Per 31 Desember 2020, perusahaan mencatatkan kerugian sebesar Rp 16,6 triliun. Sedangkan pada 2019, kerugian itu mencapai Rp 24 triliun dan pada 2018 Rp 12,1 triliun.
Di sisi lain, laporan posisi keuangan konsolidasian perusahaan menunjukkan total aset entitas per 31 Juli 2021 adalah sebesar Rp 148,2 triliun. Sedangkan total liabilitas per periode yang sama sebesar Rp 17,6 triliun.
Tirta berujar kerugian yang dialami GoTo terjadi karena model bisnisnya tidak memungkinkan perusahaan melakukan strategi membalikkan penurunan profitabilitas atau turnaround strategy dalam waktu singkat. Untuk bisa mendorong profitabilitas, GoTo harus brfokus melakukan monetisasi ekosistem.
“Sehingga dari GTV atau GMV (gross merchandise value/gross transaction value) bisa tercermin ke revenue. Selain itu, aspek efisiensi juga penting karena SGA (beban administrasi, umum, dan penjualan) masih bengkak,” ucap Tirta.
GoTo akan melepas 52 miliar lembar saham saat IPO. Jumlah tersebut setara dengan 4,35 persen saham yang disetor dan ditempatkan penuh. Harga saham IPO GoTo ditetapkan sebesar Rp 316-Rp 346. Dengan demikian, perusahaan bakal mendapatkan suntikan modal Rp 17,99 triliun dan sekurang-kurangnya Rp 16,43 triliun.