Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Lima perusahaan modal ventura milik BUMN meluncurkan Merah Putih Fund.
Dana bersama ini diharapkan mampu melahirkan startup kelas unicorn dan decacorn asli Indonesia.
Startup yang dibiayai wajib memiliki rencana pengembalian dana investor.
JAKARTA - Wadah penggalangan dana bersama untuk membiayai industri startup atau perusahaan rintisan lokal dalam wadah bernama Merah Putih Fund diluncurkan. Konsorsium pendanaan yang diprakarsai oleh perusahaan modal ventura pelat merah ini berambisi menyalurkan pendanaan kepada startup lokal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Project Management Office Merah Putih Fund sekaligus Chief Executive Officer BNI Ventures, Eddi Danusaputro, mengungkapkan bahwa pengumpulan dan pengelolaan dana bersama ini diharapkan mampu melahirkan startup kelas unicorn serta decacorn asli Indonesia dengan menyasar pembiayaan untuk perusahaan yang berada pada level soonicorns atau soon to be unicorns.
“Kami tidak ada preferensi membiayai sektor tertentu,” ujarnya kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Merah Putih Fund dikelola bersama oleh lima perusahaan modal ventura milik badan usaha milik negara (BUMN), yaitu Mandiri Capital Indonesia, MDI Ventures dari Telkom Group, BRI Ventures, Telkomsel Mitra Inovasi, dan BNI Ventures. Sebelumnya, kelima entitas itu sudah berinvestasi pada startup lokal, tapi berjalan sendiri-sendiri.
Penandatanganan perjanjian partisipasi Merah Putih Fund (MPF) oleh Mandiri Capital Indonesia, MDI Ventures dari Telkom Group, BRI Ventures, Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), dan BNI Ventures di Jakarta, 4 September 2023. Dok. Merah Putih Fund
“Melalui Merah Putih Fund, kami menggalang dana ke sebuah produk khusus dan akan terus melakukan investasi,” kata Eddi. Adapun dana kelolaan awal yang dimiliki mencapai US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,5 triliun.
Eddi optimistis penghimpunan dana yang dilakukan bakal terus berkembang, tak hanya bersumber dari BUMN, tapi juga korporasi swasta nasional. Pemanfaatan ekosistem BUMN dilakukan dengan nilai aset BUMN lebih dari US$ 600 miliar di 12 kluster, termasuk sektor keuangan, kesehatan, telekomunikasi dan media, infrastruktur, serta logistik.
Dia membantah tudingan bahwa penghimpunan yang dilakukan bersifat eksklusif dan berbenturan dengan perusahaan modal ventura lainnya, baik swasta lokal maupun asing. “Kami tidak pernah merasa bersaing dengan modal ventura lainnya. Kami bahkan mau berkolaborasi atau co-invest,” katanya.
Merah Putih Fund menetapkan tiga kriteria utama yang wajib dipenuhi oleh startup yang akan didanai. Pertama, seluruh tim pendiri wajib merupakan warga negara Indonesia. Kedua, kehadiran operasional yang signifikan di Indonesia. Ketiga, memiliki exit plan (rencana pengembalian dana investor).
Menurut Eddi, exit plan berupa penawaran saham kepada publik atau initial public offering (IPO) dapat menjadi salah satu opsi yang bisa dilakukan, baik di Bursa Efek Indonesia maupun bursa regional. Opsi lainnya adalah merger dan akuisisi dengan swasta nasional. Kriteria lanjutan yang disyaratkan adalah startup berada pada tahap akhir atau growth stage.
CEO MDI Ventures, Donald Wihardja, mengatakan target startup yang diincar antara lain yang memiliki ticket size (nilai pendanaan) sebesar US$ 20-25 juta untuk satu atau dua perusahaan. “Tentu kami akan melihat pasarnya karena cukup banyak yang akan dibiayai dengan dana ini,” ujarnya. Sedangkan imbal hasil diperkirakan berada di level 14-16 persen.
Pengamat ekonomi digital sekaligus Direktur ICT Institute, Heru Sutadi, mengatakan Merah Putih Fund memiliki keunggulan berupa pendanaan yang bersifat nasional, tidak seperti entitas modal ventura lain kebanyakan yang mendapat pendanaan global. Merah Putih Fund juga tidak seperti modal ventura pada umumnya yang memiliki orientasi bisnis kuat, termasuk bagaimana cara menggalang dana, strategi penyaluran dana, hingga strategi ke depan terkait dengan startup yang didanai.
Namun pendanaan yang bersumber dari investasi lokal ini diprediksi tak mudah. Tantangan berikutnya adalah menjaga konsistensi dan komitmen untuk serius mendukung kemajuan startup Indonesia. “Harus ada laporan mengenai kinerja Merah Putih Fund. Sudah berapa dana yang terkumpul, digelontorkan untuk startup apa saja, berapa besar nilainya, dan bagaimana perkembangan startup yang didanai tersebut,” ucapnya.
Dalam menyalurkan pendanaan, menurut Heru, juga dibutuhkan kehati-hatian dan sikap selektif serta jeli menilai sektor yang prospektif. Adapun tren preferensi pendanaan industri startup ke depan diprediksi menyasar startup yang berbasis teknologi 4.0, seperti kecerdasan buatan, Internet untuk segala atau Internet of things (IoT), dan big data.
“Sementara itu, untuk sektor e-commerce, ride hailing, dan pembayaran digital sudah berat. Begitu pula dengan pendanaan fintech masih ada, tapi harus lebih berhati-hati.”
Pengunjung melihat-lihat teknologi startup yang dipamerkan pada acara Indonesia Startup Ecosystem Summit 2023 di Solo Technopark, Solo, Jawa Tengah, 11 Agustus 2023. ANTARA/Mohammad Ayudha
Angin Segar bagi Startup Lokal
Peneliti ekonomi digital dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Nailul Huda, berujar, kehadiran Merah Putih Fund di satu sisi menjadi angin segar, mengingat industri startup tengah mengalami masa sulit akibat seretnya pendanaan. Walhasil, kehadiran Merah Putih Fund akan menambah porsi investor domestik dan menjadi sumber pembiayaan alternatif bagi perusahaan digital Indonesia.
“Meski begitu, Merah Putih Fund harus belajar dari beberapa kasus jebloknya kinerja modal ventura. Penting dicamkan bahwa pemberian modal harus lepas dari kepentingan apa pun selain kepentingan ekonomi,” ucap Huda.
Perusahaan startup yang disasar juga harus dipastikan memiliki prospek dan rekam jejak serta kinerja keuangan yang mumpuni. Khususnya, memiliki kemampuan untuk keluar dari strategi "bakar uang" dan memiliki nilai lebih yang potensial. “Terakhir, Merah Putih Fund juga harus aktif sebagai mentor bagi perusahaan digital. Butuh upaya lebih dari sekadar investasi.”
Industri modal ventura perlahan bergeliat untuk kembali menyalurkan pendanaan ke startup lokal. Perusahaan swasta dan asing tak ingin ketinggalan menyatakan komitmennya untuk bergerak ekspansif pada tahun ini. Salah satunya adalah kolaborasi antara PT Super Bank Indonesia (Superbank) dan Genesis Alternative Ventures (Genesis), perusahaan ventura terkemuka di Asia Tenggara. Keduanya menyatakan komitmen pendanaan hingga Rp 600 miliar dalam bentuk modal kerja untuk startup teknologi Indonesia dengan dilusi minimal terhadap ekuitas pemegang saham.
Kolaborasi keduanya khususnya akan difokuskan pada startup yang telah memasuki tahap pendanaan seri B dan seri C agar dapat mencapai potensi terbaiknya. Direktur Utama Superbank, Tigor M. Siahaan, menuturkan Indonesia memiliki potensi dan peluang pengembangan startup serta ekosistemnya, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi digital menyentuh Rp 4.531 triliun pada 2030 atau delapan kali lipat dari posisi pada 2020 yang sebesar Rp 632 triliun. “Dalam lingkungan bisnis yang dinamis seperti sekarang ini, akses pembiayaan adalah kunci sukses bagi pertumbuhan yang berkelanjutan,” ucapnya.
Pendiri dan Managing Partner Genesis Alternative Ventures, Jeremy Loh, mengimbuhkan, Indonesia memiliki banyak peluang bisnis startup dengan talenta teknologi yang menjanjikan. “Kami ingin mendukung lebih banyak pendiri startup di Indonesia, mengingat pendanaan modal ventura untuk startup di Asia menurun hingga 60 persen,” katanya. Merujuk pada data Otoritas Jasa Keuangan, pembiayaan modal ventura pada Juli 2023 hanya tumbuh 1 persen dibanding pada periode yang sama tahun lalu, dengan nilai pembiayaan total sebesar Rp 18,12 triliun.
GHOIDA RAHMAH
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo