Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di tengah kondisi ekonomi global yang sedang mengalami resesi, geliat e-commerce Indonesia berupaya terus bertahan dengan mengotak-atik strategi yang dijalankan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ancaman tech winter membuat masing-masing pemain e-commerce mengatur ulang strategi, bukan hanya meliputi berbagai promo dan diskon terbaik untuk menarik pengguna, tetapi wadah yang dapat mendukung penjual untuk bertahan menjaga keberlangsungan bisnisnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belakangan, seluruh e-commerce juga berlomba-lomba mengeluarkan fitur interaktif untuk menghadirkan pengalaman belanja lebih menyenangkan.
Dari persaingan itu, tercipta tiga perusahaan e-commerce yang terus merajai pasar yakni Shopee, Tokopedia, dan Lazada.
Riset Katadata Insights Center bertajuk ‘MSME Study Report: Peran Marketplace bagi UMKM’ mengungkap bahwa sebanyak 57% pelaku usaha menyampaikan nilai penjualan terbesar berasal dari Shopee, yang diikuti oleh Tokopedia (28%), Lazada (6%), Bukalapak (3%), Blibli (2%), dan lainnya (3%).
Ketua Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA), Bima Laga meyakini pertumbuhan e-commerce masih akan terus berlanjut meskipun masyarakat sudah aktif beraktifitas secara tatap muka setelah pelonggaran PPKM. "Saat ini belanja online sudah menjadi gaya hidup sekaligus menjadi alat untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari," ujar Bima melalui keteragan resminya.
Namun, para pemain adu strategi untuk mempertahankan bisnisnya tentu masih akan berlanjut, apalagi setelah seluruh pemain besar bersama-sama melakukan penyesuaian dengan alasan menciptakan ekosistem yang lebih matang.
"Menarik untuk memperhatikan bagaimana performa pemain e-commerce di tahun-tahun ke depan mengarungi kondisi ekonomi yang pastinya tidaklah mudah," kata Bima.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.