Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Hanif Faisol Minta Industri Gunakan Energi Ramah Lingkungan

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq meminta industri di Jabodetabek beralih menggunakan gas sebagai sumber energi.

10 April 2025 | 16.03 WIB

Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol. Tempo/M.A MURTADHO
Perbesar
Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol. Tempo/M.A MURTADHO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq meminta pengusaha di Jabodetabek beralih menggunakan gas sebagai sumber energi. Hal itu bertujuan untuk mengurangi tingkat polusi udara di Jakarta dan sekitarnya saat memasuki musim kemarau.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Menurut Hanif, saat ini hampir semua pabrik di Jabodetabek bergantung kepada batu bara sebagai sumber energi. Dia mengatakan polusi udara di Jakarta tak akan teratasi bila industri masih menggunakan batu bara sebagai sumber energi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Secara proporsi, sektor industri ini berkontribusi di urutan kedua sebagai penyumbang polusi udara. Kami imbau untuk segera beralih ke energi gas, yang emisinya lebih rendah,” kata Hanif saat ditemui di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis, 10 April 2025.

Hanif menyebutkan Kementerian Lingkungan Hidup telah berkoordinasi dengan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) untuk membahas infrastruktur penyaluran gas ke kawasan industri di Jabodetabek. Dia mengatakan saat ini keputusan mempercepat peralihan dari batu bara ke energi gas berada di perusahaan.

“Pada prinsipnya perusahaan gas negara siap mendistribusikan gas ini guna mempercepat konversi bahan bakar batu bara menjadi gas,” ujarnya.

Sebelumnya, Hanif menyampaikan risiko polusi udara di hadapan sejumlah pengelola pabrik yang tersebar di 48 kawasan industri se-Jabodetabek. Dalam kesempatan itu, dia mengatakan kualitas udara di Jakarta dipastikan memburuk seiring masuknya musim kemarau.

Dia mengatakan buruknya kualitas udara tersebut disebabkan karena masifnya pabrik di sekitar wilayah Jakarta. “Kalau musim kemarau, maka kualitas udara Jabodetabek menjadi hal yang harus kita pertaruhkan bersama,” kata Hanif.

Menurut dia, pelaku industri berkontribusi besar atas pencemaran udara di Jabodetabek. Pasalnya sebagian besar pabrik di melepaskan gas buang dari boiler atau ketel uap. 

Selain melepaskan gas buang dari boiler, Hanif menyebut sebagian besar pabrik di kawasan industri masih bergantung kepada energi batu bara. Menurut dia, penggunaan energi fosil makin memperburuk kualitas udara di Jakarta. 

“Gas buang yang ideal tentu penggunaan dengan bahan bakar gas. Kami sudah mencoba diskusi dengan Direktur Perusahaan Gas Nusantara bagaimana agar jaringan gas itu sampai di kawasan industri-kawasan industri di Jabodetabek,” ujar dia.

Nandito Putra

Lulus dari jurusan Hukum Tata Negara UIN Imam Bonjol Padang pada 2022. Bergabung dengan Tempo sejak pertengahan 2024. Kini menulis untuk desk hukum dan kriminal. Anggota Aliansi Jurnalis Independen.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus