Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Harga gula konsumsi terus merangkak naik. Panel harga Badan Pangan Nasional (Bapanas) menunjukan pada Mei menembus Rp 18.370 per kilogram dan belum menunkan penurunan sejak akhir tahun lalu. Berdasarkan pantauan Tempo 24 Mei 2024, harga gula Rp 19.000 di tingkatan pedagang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Umum Gabungan Produsen Gula Indonesia (Gapgindo) Syukur Iwantoro, mengatakan harga gula tinggi dipengaruhi oleh pasokan gula global karena Indonesia masih bergantung impor. Produksi dalam negeri belum mencukupi dan diprediksi menurun tahun ini. “Perkiraan kami, produksi gula tahun ini 15 -20 persen lebih rendah dari tahun lalu,” kata dia kepada Tempo Jumat, 24 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan perubahan iklim berpengaruh pada produksi gula nasional sehingga perlu diantisipasi. Pada 2023, musim kering panjang terjadi di beberapa daerah, biasanya akhir tahun mulai turun hujan, namun ia mengatakan, hujan baru turun sekitar pertengahan Januari 2024. Terurama di sentra-sentra produksi seperti Jawa Timur, Jawa Tengah serta Lampung.
Dampaknya, banyak tebu ratoon atau yang tubuh dari tanaman yang sudah ditebang, maupun bibit baru mati. Sedangkan bibit yang bertahan pun pertumbuhannya kurang optimal. Maka diperkirakan produktivitas tebu turun dan persentase kandungan gula dalam tebu atau rendemen kenaikannya diperkirakan tidak signifikan.
Data Badan Pusat Stastistik menunjukan impor gula pada 2022 sebesar 6 juta ton sementara produksi nasional hanya sekitar 2,4 juta ton. Syukur mengatakan Gapgindo mendukung pemerintah untuk terus merealisasikan aneka kebijakan untuk mewujudkan swasembada gula 2030. “Karena kami yakin, jika swasembada terjadi, harga gula di dalam negeri relatif terjaga dan tidak terlalu terpengaruh pasokan global,” ujarnya.