Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Utusan Khusus Presiden untuk Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, mengatakan pemerintah berencana membangun jaringan tenaga listrik dengan daya sebesar 103 gigawatt hingga 15 tahun mendatang. Pembangunan haringan tenaga listrik itu diperkirakan membutuhkan kerja sama dengan ratusan perusahaan dengan nilai investasi melebihi US$ 15 miliar per tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hashim menyebutkan rencana tersebut telah disampaikannya saat menghadiri 2024 United Nations Climate Change Conference atau COP29 di Baku, Azerbaijan bulan lalu. Turut mendampinginya di sana adalah Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurrofiq dan Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Di COP29, saya sampaikan pemerintah Indonesia berencana membangun jaringan tenaga listrik 103 gigawatt dalam 15 tahun yang akan datang,” kata Hashim di acara Penghargaan Nusantara TV: CEO Awards 2024 yang diadakan di Jakarta Selatan, Rabu, 4 Desember 2024.
Berdasarkan catatannya, saat ini Indonesia memiliki total jaringan listrik dengan daya kurang lebih 80 sampai 90 gigawatt yang dibangun setelah masa Indonesia merdeka.
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu juga menambahkan bahwa dari total 103 gigawatt jaringan tenaga listrik, sebanyak 75 persen akan berasal dari energi baru dan terbarukan (EBT). “Selebihnya 5,3 gigawatt akan terdiri dari nuklir, pusat listrik tenaga nuklir,” kata dia.
Sementara itu, sisanya akan berasal dari gas dan bahan bakar fosil – yang menurut dia memiliki jejak karbon yang “minimal”.
Hashim mengatakan rencana ini merupakan tantangan bagi para direktur utama perusahaan atau CEO. Ia juga menyampaikan program ini akan membutuhkan para investor dari luar negeri.
“Karena kita perlu puluhan sampai ratusan CEO dan perusahaaan yang mengerjakan ini, sebagai investor, sebagai operator, sebagai supplier, sebagai vendor, dan lain-lain. Seratus tiga gigawatt berarti investasi kurang lebih US$ 235 miliar. Kita perlu investasi US$ 15 miliar tiap tahun, lebih, untuk mewujudkan program seperti ini,” ucapnya.
Menurut dia, program ini bakal berkontribusi besar pada target Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen. Hashim sebelumnya telah beberapa kali menyatakan keyakinannya bahwa RI bisa melampaui target itu.
“Delapan persen itu tujuan Pak Prabowo minimal. Sedikit-dikitnya, sekecil-kecilnya itu 8 persen. Target kita melebihi 8 persen. Saya pribadi sudah lihat kita berkesempatan untuk mendapat 9 – 9,5 persen,” ujarnya.