Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Arus investasi pasar modal akan lebih banyak dipengaruhi oleh kinerja pemulihan ekonomi.
Banjir stimulus dari pemerintah akan mendorong aliran dana masuk ke Indonesia.
IHSG berpeluang menembus level 7.000.
JAKARTA – Pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia berpotensi melanjutkan penguatan pada pekan ini. Data pertumbuhan ekonomi yang minus sepanjang 2020 diprediksi tak banyak mempengaruhi indeks karena pelaku pasar telah memperhitungkannya sedari awal. Pertumbuhan ekonomi pada 2020 untuk pertama kalinya menyentuh zona negatif sejak 1998, yaitu
minus 2,7 persen.
Direktur Utama UOB Asset Management Indonesia, Ari Adil, mengatakan arus investasi pasar modal ke depan akan lebih banyak dipengaruhi oleh efektivitas kinerja pemulihan ekonomi pada 2021 dan program pemerintah lainnya, seperti dampak implementasi Undang-Undang Cipta Kerja. “Ini yang akan lebih mendorong pertumbuhan laba per saham emiten dan menahan tren arus modal keluar,” ujarnya pada akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ari menyebutkan pasar modal masih akan menjadi pilihan investasi yang menarik pada tahun ini. Selain karena potensi pertumbuhan laba, suku bunga acuan yang dipatok rendah akan meningkatkan minat investasi pasar saham untuk mengincar potensi keuntungan yang lebih tinggi. Terlebih, Bank Indonesia diprediksi masih berpeluang menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis point dalam enam bulan ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Banjir stimulus dari pemerintah juga akan mendorong aliran dana masuk ke Indonesia dan menjaga nilai tukar rupiah tetap stabil.” Menurut Ari, semua faktor tersebut bakal berimbas positif pada harga-harga komoditas utama.
Dalam jangka panjang, UOB Asset Management memperkirakan bursa saham Indonesia pada tahun ini akan mampu mempertahankan reli positif, bahkan menembus level psikologis indeks 7.400. Proyeksi tersebut didasarkan pada data rata-rata indeks selama 10 tahun terakhir, dengan asumsi kenaikan pertumbuhan laba per saham sebesar 25 persen pada 2021. “Sentimen fundamental jangka panjang akan didukung oleh UU omnibus law, yang berpotensi memperbaiki iklim investasi,” kata Ari.
IHSG pada akhir pekan lalu ditutup menguat 44,51 poin atau 0,73 persen ke level 6.151,72. Sebanyak 307 saham naik, 176 saham turun, dan 142 saham lainnya stagnan. Sektor-sektor saham dengan kenaikan terbesar adalah sektor pertimbangan yang naik 2,95 persen, disusul sektor konstruksi 1,36 persen, dan perdagangan 1,3 persen.
Kepala Riset NH Korindo Sekuritas, Anggaraksa Arismunandar, berujar data-data perekonomian domestik akan menjadi sentimen yang masuk dalam pantauan investor. Pasalnya, data-data realisasi perekonomian tersebut bersifat cerminan masa lalu, sedangkan pelaku pasar cenderung mengedepankan sentiment forward looking atau yang berpengaruh pada masa mendatang.
Analis dari Phillip Sekuritas Indonesia, Anugerah Zamzami Nasr, mengatakan sentimen indeks pada awal pekan ini akan lebih banyak datang dari peningkatan ekspektasi akan diloloskannya stimulus kebijakan ekonomi Amerika Serikat, setelah rilis data tenaga kerja yang cukup mengecewakan. “Sedangkan di dalam negeri sepi sentimen, paling hanya laporan keuangan emiten serta pergerakan angka kasus Covid-19,” ucapnya. Dia memprediksi indeks bergerak menguat dalam rentang support di 6.070 dan resistance di 6.192.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan, Wimboh Santoso, optimistis pasar modal jauh melejit pada 2021. “IHSG bisa tembus ke 7.000 dalam waktu yang tidak terlalu lama,” katanya. Potensi kenaikan tersebut akan bertumpu pada mulai pulihnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pasar modal, khususnya investor retail.
Menurut Wimboh, penguatan indeks juga disebabkan oleh derasnya aliran dana yang masuk ke pasar saham domestik. Sejak awal tahun, aliran dana yang masuk telah mencapai Rp 36,6 triliun, yang terdiri atas Rp 24,3 triliun pada Januari dan Rp 12,25 triliun pada Februari. “Kami prediksi jumlahnya akan terus meningkat sepanjang tahun ini, karena investor menunggu normalisasi sektor riil.”
***
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo