Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ibrahim Assuaibi, Direktur Utama PT Laba Forexindo Berjangka memprediksi peluang penguatan rupiah dan IHSG di akhir tahun meningkat, terutama di tanggal 26-27 Desember. Keputusan The Fed untuk tidak menaikkan suku bunga dan kondisi inflasi yang stabil di Amerika menjadi faktor penting dalam mendukung stabilitas pasar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Data resmi yang dirilis oleh BEI, IHSG selama pekan ini, yang berlangsung dari 27 November hingga 1 Desember 2023 berhasil mencatat pertumbuhan sebesar 0,72 persen selama periode tersebut, membawa angka penutupan pada level 7.059,906. Sementara itu, Rupiah, yang selalu menjadi fokus perhatian dalam dinamika pasar, juga menghadapi tekanan dan peluang yang seimbang. Menyongsong momentum Natal dan Tahun Baru 2024, tahun pemilihan umum, faktor politik juga memasuki kalkulasi para pelaku pasar. Lalu, bagaimana kondisi pasar keuangan Indonesia merespons dinamika ekonomi dan politik saat ini?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Akhir tahun kemungkinan untuk rupiah dan IHSG menguat ya. Karena pandangan tentang bank sentral amerika sendiri (The Fed) yang masih ragu-ragu untuk menaikkan suku bunga dalam pertemuan minggu kemarin,” tutur Ibrahim, saat dihubungi Tempo pada Minggu, 3 Desember 2023. Hal ini membuat investor condong untuk membeli saham blue chip di Bursa Efek Indonesia, mengindikasikan bahwa tren penguatan dolar memiliki batasnya.
Lebih lanjut, Ibrahim juga menjelaskan pandangannya terkait pertumbuhan ekonomi Amerika yang positif, terindikasi dari PDRB kuartal III yang baik, di mana ini akan memberikan optimisme bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga hingga pertengahan 2024. Hal ini diharapkan akan menarik investor asing kembali ke pasar Indonesia dan mengurangi pelemahan rupiah.
Dalam pandangannya, Ibrahim memperkirakan bahwa rupiah memiliki potensi kuat untuk menguat hingga di bawah Rp 15 ribu per dolar AS menjelang akhir tahun. “Ada kemungkinan besar saya ekspektasi itu di bawah Rp 15 ribu sampai akhir tahun ini untuk rupiah,” tutur Ibrahim.
Menurutnya, tahun politik menjadi pemicu utama penjualan dolar oleh legislator dan tim kampanye dari tiga pasangan calon (paslon). Kebutuhan udara segar yang cukup besar untuk membiayai kampanye akan mendorong penjualan dolar. Seiring dengan itu, investor yang memiliki saham di bursa saham juga menerima dividen di akhir tahun, menghasilkan kebutuhan dana yang signifikan. Hal ini diperkirakan akan memperkuat rupiah.
Ibrahim juga merujuk pada data Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada November 2023 menguat ke level 51,7 atau meningkat 0,2 poin dari Oktober 2023 yang berada di posisi 51,5.
“Data PMI Manufaktur kemarin dirilis juga cukup bagus ya walaupun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya masih lebih jelek tetapi masih di atas 50, ini mengindikasikan bahwa investasi di Indonesia pun masih cukup lancar,” jelas Ibrahim.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang baik, indikasi investasi yang lancar, dan adanya tahun politik di mana kampanye dan kebutuhan dana besar dapat mendorong aliran dana yang signifikan dari investor. Dengan kekuatan rupiah yang meningkat, konsumsi masyarakat di kuartal ke-IV kemungkinan besar akan melebihi target yang diperkirakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia. Efek dari pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan kepala daerah (pilkada) yang membutuhkan dana besar menyebabkan peningkatan peredaran uang dalam negeri.
Prediksi IHSG juga disebut mampu mendekati 7.500. “IHSG pun juga kemungkinan besar dia akan kembali ke level-level 7000-an,” ungkap Ibrahim. “Mendekati lah,mendekati 7.500 mungkin 7.480-an ya. Tapi sepertinya tembus karena euforia tentang bank sentral yang tidak akan menaikkan suku bunga ini akan membuat pelaku pasar terutama investor asing itu akan menyerbu saham-saham di dalam negeri,” lanjutnya.
Selaras dengan analisa Ibrahim Assuaibi, menurut Nafan Aji Gusta, Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, pergerakan IHSG masih memiliki potensi untuk terus naik, meskipun baru-baru ini mencapai rekor tertinggi. "Otomatis kenaikan IHSG lebih lanjut ya. Sebenarnya kan sudah terjadi all time high ya pada baru-baru ini ya untuk tahun ini tapi untuk kenaikan IHSG lebih lanjut masih membutuhkan berbagai booster positif," ungkapnya, saat dihubungi Tempo di hari yang sama.
Nafan menyebut target kenaikan IHSG hingga 7.500 masih dapat tercapai, namun perlu secara bertahap. Ia menyoroti pentingnya bulan Desember dalam melewati tahapan santa claus rally dan window dressing. Potensi kenaikan IHSG di bulan ini dianggap lebih terbuka lebar dibandingkan tahun sebelumnya.
"Target strategis kami outlook kan 8.100 ya, walaupun kalau target analisa technical saya sih masih 7.450 ya, hampir 7.500," tutur Nafan.
Terkait dengan mata uang Rupiah, Nafan juga mengungkapkan bahwa masih dalam kondisi yang relatif baik, terutama di bulan Desember. Faktor depresiasi Dolar AS dan penurunan yield US Treasury dianggap dapat memberikan dorongan positif bagi penguatan Rupiah.
Menyikapi tahun politik 2024, Nafan merinci bahwa target inflasi akan lebih rendah dibandingkan sebelumnya. “Kalau dulu kan 3 persen plus 1 persen dan minus 1 persen sementara kalau yang tahun depan kan 2,5 persen plus 1 sehingga minus 1 persen, jadi ya kalau menurut saya ini bisa menjadikan sentimen positif untuk tahun depan ya,” tuturnya. Ini akan menciptakan sentimen positif bagi penguatan ekonomi, menurutnya. Stabilitas makro ekonomi domestik diharapkan akan tetap terjaga, mengingat adanya pemilu pada bulan Februari.
Nafan juga menyoroti data historis yang menunjukkan bahwa pergerakan IHSG selama pemilu sejak tahun 2004 umumnya berada dalam zona positif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga cenderung positif selama periode pemilu. Lalu,terkait dengan fokus market yang bersinar pada momentum ini, Ibrahim dan Nafan memiliki masukan yang hampir sama untuk investor.
Sebelumnya, menurut Ibrahim, sektor perbankan menjadi dividen yang akan memberikan lebih banyak keuntungan. “Emiten yang berhubungan dengan perbankan, kemudian distributor, distributor itu mungkin yang berhubungan dengan pengiriman barang ya, paket, karena sekarang larinya ke teknologi,” tuturnya. Ia juga menyarankan investor untuk menghindari sektor-sektor yang berhubungan dengan tahun politik seperti infrastruktur dan emiten yang berhubungan dengan fatwa MUI.
Sebagai tambahan, menurut Nafan, sektor telekomunikasi, keuangan, dan emiten non-cyclicals dan cyclicals merupakan fokus market yang baik untuk para investor. Terlepas dari keterlambatan benchmark, sektor-sektor ini memiliki potensi peningkatan, terutama jika terjadi santa claus rally dan pemilu berjalan lancar.
"Karena memang rata-rata kan kalau secara benchmark memang berada dalam lagging, tapi dari lagging bisa improving sehingga kita bisa memanfaatkan terkait dengan potensi adanya santa claus rally ya terus kalau pesta demokrasi berjalan dengan lancar dan kita bisa mendapatkan apresiasi dari masyarakat internasional," lanjut Nafan.
Dengan pandangan optimis terhadap potensi kenaikan IHSG, penguatan Rupiah, dan arah positif ekonomi, pasar keuangan Indonesia memiliki potensi untuk mengakhiri tahun ini dengan catatan positif. Namun, perhatian terhadap perkembangan politik, khususnya menjelang pemilu, tetap menjadi fokus utama.
Pilihan Editor: Mengenang Doni Monardo, Pernah Mencetuskan Program Citarum Harum Atasi Pencemaran Sungai