Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Profesi desainer fashion tentu sudah akrab di telinga kita. Tidak dengan ilustrator fashion. Meski kurang familier, Dinda Puspitasari (28) berani memilih menjadi ilustrator fashion.
Keseruan demi keseruan menjadi ilustrator fashion ia rasakan sejak awal. Mulai dari membuat ilustrasi wanita hingga diminta menggambar di acara yang diusung sejumlah merek barang mewah seperti Dior, Ted Baker, Fendi, dan Louis Vuitton.
Awalnya, Dinda coba-coba untuk freelance sebagai ilustrator tetapi perkembangannya tidak begitu bagus. "Kemudian aku sadar kalau menjadi ilustrator biasa, di Indonesia sudah banyak banget. Makanya aku mencoba mencari yang lebih spesifik dan akhirnya memutuskan untuk menjadi fashion illustrator,” terangnya.
Baca juga:
Kunci Sukses Merintis Bisnis, Intip Pengalaman Lizzie Para
Obat Kumur Bisa Cegah Ketombe di Rambut? Intip 4 Caranya
Gaun Pengantin dari Sawi Putih, Apa Keunikannya?
Ilustrator Fashion, sekilas memang mirip dengan desainer fashion tetapi berbeda. "Seorang desainer fashion harus mempertanggung jawabkan desain menjadi kenyataan sedangkan ilustrator fashion hanya membuat ilustrasi menarik dan tidak punya tanggung jawab untuk membuat desain menjadi nyata,” jelasnya.
Pucuk dicinta ulam tiba, di tahun 2013 Dinda mendapat proyek ilustrasi pertama. “Proyek ilustrasi pertama aku yakni membuat ilustrasi untuk bukunya Dian Pelangi. Dia tahu aku dari blog aku pada saat itu makanya penting banget untuk mem-branding diri sendiri lewat media sosial seperti Instagram. Dari situ orang dari manapun akan dengan mudah melihat karya kita,” Dinda menyarankan.
Setelah itu, Dinda banjir order. Di tahun 2014, Dinda diajak untuk membuat buku bersama bloger Diana Rikasari yang berjudul #88 Love Live. Tak disangka, buku tersebut terjual 110 ribu kopi, tidak hanya di Indonesia, tapi jufa di Malaysia dan Singapura.
“Sempat ragu karena buku ini ditulis dalam bahasa Inggris yang notabene belum lazim pada saat itu. Ditambah lagi kita belum berpengalaman untuk menulis buku sehingga ketika buku yang pertama sold out di minggu pertama perilisan, tidak menyangka sekali,” ungkapnya senang.
Setahun berselang Dinda ketiban rezeki. Ia ditawari untuk membuat ilustrasi di acara Dior Indonesia. “Semenjak itu, mulai banyak luxury brand yang mengajakku bekerja sama untuk membuat ilustrasi di acara mereka. Mulai dari Fendi, Louis Vuitton, Ted Baker, dan sebagainya,” tuturnya bangga.
Dinda mengungkapkan profesi ilustrator fashion sangat menjanjikan di Indonesia.
“Tinggal kita mencari peluang apa lagi yang ada dan belajar bagaimana mewujudkannya. Kemudian jangan mengopi karya orang lain. Fake it until you make it. Itu betul tetapi bukan berarti dikopi semua. Kalian harus tetap memasukkan gaya sendiri dalam setiap gambar fashion sehingga nantinya kalian dapat menemukan gaya khas milik kalian sendiri,” Dinda berpesan.
TABLOIDBINTANG
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini