Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
USAHA pemerintah mengimpor sapi perah 8.000 ekor dari Amerika Serikat jadi juga dilakukan. Semula orang menyangka impor sapi sebanyak itu bakal gagal, karena proyek perusahaan inti rakyat (PIR) sapi perah di Salatiga dalam jumlah 20.000 ekor oleh Mantrust Group belum lagi jalan. Padahal, proyek perintis untuk menaikkan produksi susu segar di Jawa Tengah itu sudah direncanakan sejak 1985.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari segi harga, sapi perah impor jenis Holstein Fresian itu memang menarik. Bayangkan, harga setiap ekor sapi, yang mestinya US$ 2.200, bisa dibeli dengan hanya US$ 900. Bahkan Departemen Koperasi, kabarnya, bisa mendapatkan dengan harga US$ 875, karena obral itu mendapat subsidi penuh pemerintah Amerika Serikat yang ingin mengurangi populasi sapi perah. Pengapalan 8.000 ekor sapi pesanan Koperasi itu, menurut rencana, akan dimulai Januari ini. Sedang Mantrust sudah akan menerima kiriman sapi itu secara berangsur mulai akhir bulan ini, juga lewat pelabuhan Cilacap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk mewujudkan gagasan menyelenggarakan PIR sapi perah, Mantrust membentuk PT Nandi Amerta Agung (NAA) bersama GKSI (dengan kepemilikan saham 20 persen) dan Land 'O' Lakes (LOL), Amerika, (25 persen). Yang akan mereka lakukan dengan program itu meliputi penyaluran kredit, sarana produksi, dan pengumpulan susu. Tapi upaya itu hampir gagal, ketika Menteri Pertanian Achmad Affandi mengeluarkan SK No. 280, 12 Mei 1986, yang menyebut bahwa peran yang akan diambil Mantrust itu adalah hak koperasi unit desa (KUD).
Tentu saja Tegoeh Soetantyo, Presiden Direktur Mantrust, jadi bingung. Untung, keputusan itu kemudian dicabut, dan pemerintah tetap menjamin kapling PIR sapi perah di Jawa Tengah tetap diberikan pada NAA. Menurut pola itu, Mantrust akan memegang manajemen umum, sedang manajemen teknik akan ditangani LOL.
Kedua pihak ini lalu mengikat kerja sama (kontrak manajemen) dengan KUD--dalam membina dan memberikan pelayanan kepada peternak. Dari situ, KUD rencananya, akan mendapat semacam upah Rp 5 dari setiap liter susu yang dihasilkan anggotanya. Perusahaan inti NAA, sementara itu menjanjikan akan membeli susu itu dengan harga bagus.
Wajar kalau peternak semacam Subanto, anggota KUD Cepogo di Boyolali, misalnya, berharap sapi yang bisa menghasilkan susu sampai 60 liter sehari itu bisa segera diperolehnya. Yang akan senang memang peternak. Sedang pengurus KUD mungkin harus gigit jari, karena bagian yang akan diperolehnya tidak lagi Rp 13 dari setiap liter susu seperti dinikmatinya selama ini.
KUD juga tidak akan dilewati susu lagi, karena susu langsung dikirim ke NAA. Tentu saja situasi itu membikin Suparlan, ketua KUD Cepogo, yang setiap hari mengirim 8.000 liter susu ke milk treatment di Boyolali itu, jadi harap-harap cemas. "Namun, kami yakin, pemerintah atau pengelola PIR akan punya kebijaksanaan menjaga agar KUD tidak kering lantaran PIR".
Sementara itu, di pihak lain, pemerintah tetap jalan dengan programnya sendiri: mendatangkan sapi Amerika untuk disuntikkan ke KUD. Menteri Koperasi Bustanil Arifin menyebut, pembelian sapi unggul itu dilakukan, "Untuk menggantikan sapi yang sudah tua, dan yang produktivitasnya sudah berkurang."
Tapi Bustanil menyatakan, sapi pesanan Departemen Koperasi itu mungkin baru akan dikapalkan sesudah pengapalan pesanan NAA selesai dilakukan. Apakah program pemerintah itu tak bertabrakan dengan PIR NAA? "Tidak," kata Menmud Urusan Peningkatan Produksi Peternakan dan Perikanan Hutasoit, "karena daerah Nandi hanya di Jawa Tengah."
Sementara itu, sapi Koperasi itu akan disebarkan ke Jawa Barat dan Jawa Timur. Pokoknya, pemerintah sudah menjamin, sapi dengan stempel Departemen Koperasi itu tak akan merumput dan membuang kotoran di padang gembala kawasan NAA.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak artikel ini terbit di bawah judul: "Sapi Amerika dengan Dua Gembala".