Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Di luar garis

17 Januari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA minggu lalu di Jakarta diselenggarakan seminar untuk merumuskan kriteria Bapak Teladan. Itu memang hal yang muskil. Tak heran bila penyelenggara akhirnya tak berhasil merumuskan kriteria itu. Dari sisi remaja tentulah mereka mengharapkan ayah yang permissive. Ayah yang memberi kepercayaan penuh kepada anak-anaknya. Di pihak lain, ayah yang bertindak sedemikian justru dianggap tidak bertanggung jawab. Kennedy atau Habibie bukanlah anak-anak yang mempunyai ayah seperti itu. Beberapa orang sukses di dunia ini ternyata mempunyai common denominator bahwa, semasa kecilnya, mereka dididik dengan penuh disiplin untuk mengikuti garis-garis yang ditetapkan. Garis memang sering menjadi hal yang menakutkan bagi yang tidak berpandangan luas, karena mereka merasa seolah-olah berada dalam kekangan yang ketat. Rules are obedience for the fools, but guidance for the wise. Garis, sebenarnya, hanya merupakan kesepakatan. Ketika bermain tenis, kita berada dalam garis-garis tertentu. Tetapi, apakah kita merasa terkungkung dengan garis ini? Betapa frustrasinya kita bila bermain tenis tanpa garis-garis itu. Para penemu (inovator) banyak belajar bahwa temuan mereka kebanyakan terjadi di luar garis. Seorang peneliti muda yang bekerja di 3M suatu ketika melakukan eksperimen dengan manik-manik. Orang melihatnya sebagai mainan yang tak akan merintis ke arah kelahiran suatu produk. Maka, ia pun disuruh menghentikan eksperimennya itu, dan melakukan pekerjaan lain yang dianggap lebih berguna oleh perusahaan. Ia memang patuh di laboratorium perusahaan, ia hanya mengerjakan hal-hal yang diperintahkan untuk dikerjakannya. Tetapi, karena ia masih bujangan ketika itu, ia meneruskan eksperimen manik-manik itu di rumahnya, sepulang dari kantor. Dapat Anda duga, ia memang berhasil melakukan dobrakan dengan temuannya. Sekarang, konsep manik-manik itu muncul pada rambu-rambu lalu lintas atau papan reklame karena kemampuannya memantulkan cahaya dengan baik. Beberapa tahun kemudian, ketika ia sudah menikah, ia menggandeng tangan istrinya untuk menerima Oscar (penghargaan ter-tinggi perfilman Amerika) karena, dengan konsep dasar manik-manik itu, karya layar proyeksi melahirkan reproduksi gambar secara sempurna. Eksperimen yang dilarang dilakukan perusahaan, ternyata, justru yang menjadi produk tulang punggung bagi perusahaan ini. 3M memang punya banyak cerita seperti itu. Maklum, perusahaan ini hanya dapat hidup terus bila para penelitinya mampu melahirkan produk baru di laboratoriumnya. Perusahaan ini dulu pernah menghentikan sebuah penelitian bahan nontenun, yang selama enam bulan ditekuni tanpa hasil oleh seorang peneliti. Peneliti yang tak mau angkat tangan itu kemudian --- melalui laboratoriumnya sendiri di rumah -- membuktikan kepada perusahaan bahwa bahan nontenun temuannya itu mempunyai nilai komersial yang tinggi. Sekarang, bahan itu memang merupakan bagian penting dalam bisnis 3M. Adalah paradoks bila perusahaan yang menghendaki berlangsungnya inovasi melakukan pembatasan-pembatasan yang ketat terhadap karyawannya. Tentu saja, untuk menghindari anarki dalam perusahaan, perlu ditetapkan beberapa hal dasar, seperti uraian jabatan, bahasa yang dipergunakan, ataupun prosedur-prosedur lain. Tidak saja sikap perusahaan terhadap para inovator merupakan unsur penting. Yang juga penting adalah sikap perusahaan terhadap inovasi yang tengah diproses. Perusahaan tidak boleh terlalu cepat mengambil kesimpulan sendiri atau beberapa proyek inovasi yang sudah terlalu lama berjalan dan belum menampakkan tanda-tanda akan melahirkan sesuatu. Menghentikan proyek semacam itu, yang sering kali dengan menempelkan label "proyek gagal", hanya akan menyakiti hati para peneliti yang tengah mengerjakannya. Mereka yang tidak loyal kepada perusahaan -- karena kebanyakan ilmuwan lebih loyal kepada ilmu -- akan pergi ke perusahaan lain, dan di sanalah mungkin produk baru itu akhirnya lahir. Di Bell Laboratories kepunyaan AT & T misalnya, ribuan peneliti dibiarkan "bermain" sendiri-sendiri dengan apa saja yang disukainya. Penelitian tak pernah dikaitkan dengan pengembangan atau penemuan produk baru. Hasilnya memang tak mengecewakan. Tiap hari rata-rata dihasilkan satu paten dari laboratorium besar ini. Laboratorium yang terlalu ketat diatur, katanya, hanya akan melahirkan domba-domba gemuk yang patuh. Dari situ mana ada temuan penting yang dilakukan oleh domba? Di 3M ternyata ada kiat lain untuk mengatasi proyek-proyek "bermasalah" itu. Setiap waktu tertentu, para pimpinan melakukan peninjauan atas hal-hal yang dilakukan di laboratorium pengembangan produk. Dengan cepat mereka akan menyeleksi proyek-proyek tertentu yang telah melibat banyak waktu, uang, dan tenaga tetapi belum juga tampak hasilnya. Proyek-proyek ini lalu dikelompokkan dalam daftar selected opportunities, bukan problem projects, dan justru memperoleh perhatian yang lebih besar, baik dari manajemen maupun dari pihak para peneliti. Dengan sikap positif seperti itu, ternyata, mereka lebih cepat mencapai sasaran. Kita memang terlalu sering melihat masalah sebagai masalah. Bukan sebagai peluang. Bondan Winarno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus