SEDIKIT yang menyangka, di saat kelapa sawit sedang digalakkan sebagai salah satu komoditi ekspor utama, harganya kini justru terpukul. Pekan lalu, harga minyak sawit kasar (CPO) untuk pengapalan (cif) Eropa Barat tercatat hanya US$ 237,5 per long ton (1.016 kg). Padahal, sekitar dua tahun lalu, harganya tak kurang dari US$ 850. Sementara itu minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil) harganya hanya US$ 242, padahal dua tahun lalu masih US$ 1.325 per long ton. Dalam situasi seperti itu harga jual di atas kapal (fob) di Belawan ditaksir tak lebih dari US$ 200. Itu berarti banyak perusahaan perkebunan negara harus menjual di bawah biaya produksi. Sebab, biaya untuk menghasilkan CPO per long ton rata-rata US$ 240 sampai US$ 270. Kabarnya, hanya beberapa perkebunan negara, terutama yang sudah tidak lagi mencicil bunga dan menyusutkan barang modal, yang mampu menghasilkan CPO dengan biaya produksi US$ 180. Memburuknya harga itu terjadi karena produksi minyak nabati lain, seperti kedelai dan bunga matahari, melimpah. Gara-gara petani Amerika dan Eropa mendapat subsidi menarik untuk menaikkan produksi. Sementara itu, produksi Malaysia, dua tahun terakhir ini, melambung: pada 1984 masih menghasilkan 3,7 juta ton, tahun ini diduga akan 4,5 juta ton. Indonesia, pada periode yang sama, dari 1,1 juta ton jadi 1,3 juta ton. Empat tahun lagi, bahkan, produksi Indonesia diduga akan mencapai 4,2 juta ton. Semoga, ketika itu, harganya akan membaik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini