PEMERINTAH tampaknya mulai tertarik untuk meluncurkan satelit Palapa generasi C dengan jasa roket Arianespace. Niat tersirat itu dikemukakan Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi, A. Tahir, setelah melihat suksesnya peluncuran sebuah satelit komunikasi swasta AS oleh Arianespace di Kourou, Guyana, akhir bulan lalu. Kata Tahir, kerja sama itu kini "sedang dipikirkan", kendati biaya peluncurannya konon lebih mahal. Tapi gejala akan beralihnya Indonesia dari Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA) itu, rupanya, tidak disukai Transpec Carriers Inc., perusahaan jasa peluncuran roket swasta AS. Perusahaan ini justru menuduh Arianespace merebut konsumen potensial swasta AS dengan memasang harga bantingan 25% sampai 30% di bawah harga resmi peluncuran satelit, yang dipasangnya untuk konsumen Eropa. Jika tuduhan itu benar, Arianespace bisa dituntut berdasarkan ketentuan di sana. Menurut Frederic d'Allest, direktur utama Arianespace, perusahaannya biasanya memungut ongkos US$ 25 juta untuk setiap kali peluncuran satelit, atau hampir sama dengan harga yang dipungut NASA yang memakai pesawat ulang alik. Arianespace hakikatnya merupakan sebuah konsorisum yang sahamnya dikuasai 36 perusahaan penerbangan Eropa, 11 bank, dan Centre Nationale d'Etudes Spatiales.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini