Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Giliran sucaco ke pasar modal

Pabrik kabel listrik pt. sucaco akan go public, merupakan pmdn pertama yang memasyarakatkan diri. akan memproduksi kabel 15 kv dan 77 kv dengan bantuan teknik sumitomo elect ind. (eb)

19 Juni 1982 | 00.00 WIB

Giliran sucaco ke pasar modal
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
KETIKA menjadi pedagan kabel listrik di Jl. Asemka, Jakarta Kota, Drs. Motet hanya pandai memasarkan hasil industri itu. "Pokoknya pengetahuan saya dalam soal teknoloi kabel listrik nol besar," kata Motet. Tapi kalau saya bisa menjual kabel listrik mengapa saya tak bisa memproduksinya sendiri." Dengan semangat itulah, sesudah beberapa kali kongkow, Motet (d/h. Tan Yong Liong) bersama sejumlah pedagang kabel lainnya di Jakarta mendirikan PT Supreme Cabel Manufacturing Corp. (PT Sucaco). Modal awal ketika itu (November 1970) Rp 716 juta -- di antaranya Rp 200 juta berasal dari pinjaman Bank Dagang Negara. Dua tahun kemudian, pabrik listrik PMDN itu yang sahamnya dikuasai 33 pengusaha pribumi dan nonpibumi, diresmikan Menteri Perindustrian M. Jusuf. Dan sepuluh tahun berikutnya, PT Sucaco sudah berani melimpahkan 4,8 juta sahamnya (30% dari seluruh modal dasar 16 juta saham) ke masyarakat lewat pasar modal. PMDN pertama yang memasyarakat itu menawarkan setiap sahamnya -- pada penjualan perdana 16-29 Juni -- dengan harga Rp 1.100 (nilai nominal Rp 1.000). "Masa depan Sucaco sangat bagus," kata K.C. Komala, Asisten Direktur Manajer PT Indovest, penjamin utama emisi. Paling tidak, karena pendiri perusahaan itu adalah distributor dan pedagang kabel, soal pemasaran bukanlah yang rumit buat mereka. "Jaringan pemasaran mereka memang luas sekali," tambah Komala. Di bawah kepemimpinan Drs. Motet, presiden Direknlr, Sucaco kini berkembang sebagai pembuat kabel listrik dan telepon terkemuka di antara 15 anggota Asosiasi Produsen Kabel Indonesia (Apkabel). Dengan tingkat produksi 450 ton sebulan, perusahaan ini konon menguasai sepertiga pemasaran kabel di Indonesia. Angka penjualan bersih meningkat terus: Rp 9,47 milyar (1979), Rp 13,9 milyar (1980), dan Rp 21,79 milyar (1981). Sedang laba bersih: Rp 1,31 milyar (1979), Rp 1,99 milyar (1980), dan Rp 2,46 milyar (1981). Pada tahun-tahun permulaan produksi, dengan bantuan teknik dari Furukawa Electric Co. dan Nihon Deco Lux Ltd, Jepang, Sucaco hanya memproduksi kabel listrik tembaga tegangan rendah dan formika (bahan pelapis bangunan rumah). Tak lama kemudian dihasilkannya pula kabel listrik dengan konduktor aluminium, dan kabel telekomunikasi. Dengan bantuan teknik dari Sumitomo Electric Industries, tahun ini perusahaan itu merencanakan produksi komersial kabel tegangan menengah (15 Kv), dan tegangan tinggi (77 Kv). ATAS rekomendasi dan nasihat Furukawa pula, Sucaco bisa memilih dan membeli mesin yang dianggap baik untuk dipasang di Desa Semanan, Tangerang. Pada awal pendirian, pabrik itu pernah berusaha menggalang kerjasama teknik dengan Sumitomo, dan Hitachi. Tapi Hitachi, yang tak membayangkan program listrik masuk desa bakal hebat seperti kini, kata Motet, tinggal pasi. Secara berangsur, sesudah menerima bantuan teknik dari Furukawa, dan Sumitomo, "kami jadi. pintar juga," katanya. Dengan dana dari masyarakat itu, Sucaco merencanakan memperluas, dan menambah kapasitas produksi. Hingga pada 1984, kapasitasnya diharapkan dua kali lipat dari sekarang. Kini 70% kabel listrik, dan kabel telekomunikasi hasil pabriknya diserap berbagai proyek pemerintah. Motet optimistis selama pemerintah gencar dengan program listrik masuk desa, Sucaco tetap tumbuh. Sesudah pemerintah meluncurkan satelit Palapa, dan membangun puluhan stasiun bumi kecil," apakah tidak mungkin menyisihkan sebagian anggarannya untuk membeli kabel telekomunikasi?" tanyanya. Dia mengharapkan pula sekitar 10% dari anggaran pembangunan PLTA Saguling disisihkan untuk pembangunan jaringan transmisi. Dalam perkembangannya kemudian Sucaco (30%) berpatungan dengan Furukawa dan Toyo Menka (70%) tiga tahun lalu mendirikan pabrik peleburan copper concentrate (impor dari Chili dan Zambia). PT Tembaga Mulia Semanan itu yang terletak di sebelah Sucaco punya kemampuan produksi 36 ribu ton setahun -- sedang potensi produksi 50 ton setahun. Dari perusahaan inilah, Sucaco dan sejumlah pabrik kabel memperoleh kabel tembaga. Dalam rencana mendatang, Sucaco bersama sejumlah pabrik kabel lain berniat mendirikan perusahaan pengolahan aluminium rod - bahan baku pembuatan konduktor aluminium. Melihat semua perkembangan, dan rencana itu, Sucaco tampaknya menjanjikan harapan baik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus