Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sepanjang perdagangan pekan lalu, 28 Oktober hingga 1 November 2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 2,23 persen dari level 7.694,660 ke 7.505,257. Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) Imam Gunadi memaparkan sejumlah sentimen yang dinilai bakal mempengaruhi pasar modal sepekan ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Imam mengatakan data penting yang perlu dipantau yakni PMI Services Amerika Serikat (AS) untuk Oktober 2024, di mana pekan ini AS akan merilis data PMI dari sektor jasa baik dari ISM maupun dari S&P Global. Jika merujuk pada S&P Global, PMI Services AS diproyeksikan akan naik ke 55,3 di periode sebelumnya di 55,2.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sedangkan jika merujuk pada ISM, PMI Services AS untuk Oktober 2024 diproyeksikan akan turun ke level 53,3 dari periode sebelumnya 54,9,” kata Imam dalam keterangan resminya, dikutip Ahad, 3 November 2024.
Selanjutnya, ia mengatakan perlunya memperhatikan negara perdagangan Cina yang akan rilis pekan depan. Selain itu, data gross domestic product (GDP) Indonesia yang akan rilis beberapa waktu mendatang.
"Pertumbuhan di Indonesia diproyeksikan akan melambat ke 5 persen. Jika data yang rilis sesuai dengan ekspektasi pasar atau lebih besar, maka akan menjadi sentimen positif bagi pasar. Namun sebaliknya, jika data GDP lebih rendah dari konsensus atau ekspektasi pasar, maka hal ini dapat menjadi sentimen negatif," kata Imam.
Ia juga mengatakan pekan ini The Fed akan mengumumkan kebijakan moneternya dalam mengatur suku bunga. Menilik pada konsensus, kata dia, suku bunga The Fed atau FFR akan dipangkas sebesar 25 bps ke 4,75 persen.
Terakhir, menurutnya sentimen pemilu AS juga akan berpengaruh kepada pelaku pasar. Imam berpendapat pasar domestik dan global lebih condong kepada Kamala Harris yang mengadopsi pendekatan multilateral dalam hubungan internasional.
“Ini bisa membantu mengurangi ketegangan global dan memperkuat hubungan dagang dengan negara lain,” ujarnya.
Sementara itu, ia menilai Donald Trump cenderung lebih menggunakan pendekatan proteksionis. Terutama melalui tarif tinggi pada produk Tiongkok yang menurutnya dapat memicu perang dagang berkepanjangan.
Pilihan Editor: Gibran Ajak Keluarga Bermalam Minggu di Koridor Jalan Gatot Subroto Solo, Bagikan Amplop ke Pedagang