Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Ini Alasan Bahlil Tekan Ekspor Minyak Mentah dan Olah di Kilang Nasional

IESR merespons langkah Kementerian ESDM mengurangi ekspor minyak mentah atau crude oil agar diolah di kilang dalam negeri.

30 Januari 2025 | 17.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Karyawan berjalan di lokasi Rig (alat pengeboran minyak bumi) PDSI 49 milik PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Duri, Riau, Senin 8 Agustus 2022. PT PHR telah melakukan pengeboran di 376 sumur baru di Blok Rokan dan mampu memproduksi minyak mentah hingga 161 ribu barel per hari atau mencapai 26 persen produksi minyak nasional. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mengungkapkan alasan mengambil langkah untuk menekan ekspor minyak mentah untuk diolah di dalam negeri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahlil mengatakan, sebagian minyak yang bagus saat ini diekspor ke luar negeri. Pada saat yang sama Indonesia juga melakukan impor minyak dengan spesifikasi yang berbeda. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kalau ada minyak yang bagus, kemudian kita kirim ke luar negeri, baru kita beli lagi dari luar negeri masuk ke dalam. Ya ngapain? Olah saja dalam negeri," katanya saat ditemui di Jakarta Kamis, 30 Januari 2025.

Pertamina, kata Bahlil, saat ini sudah mau membeli dan pabriknya dalam tahap desain. Namun ketika ditanya mengenai persentase kesiapan Pertamina, Bahlil belum mengetahui lebih detail. "Refinery-nya sudah didesain untuk kemudian bisa membeli crude yang selama ini kita ekspor," ujarnya. "Nanti saya cek," ujarnya. 

Institute for Essential Services Reform (IESR) merespons langkah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengurangi ekspor minyak mentah atau crude oil agar diolah di kilang dalam negeri. IESR menyarankan pemerintah mengkaji lagi langkah tersebut karena ada potensi skema ekspor bisa lebih menguntungkan dari segi surplus devisa. 

Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa mengatakan, minyak Indonesia berkualitas bagus, karena itu skema ekspor lebih menguntungkan. Sedangkan Indonesia juga bisa mengimpor untuk kebutuhan dalam negeri. “Minyak Indonesia tuh lebih menguntungkan kalau diekspor,” ujarnya saat dihubungi dikutip Kamis, 30 Januari 2025. 

Dengan mengandalkan ekspor minyak mentah, kemudian mengimpor bahan yang lebih murah dari luar negeri, menurut Fabby bakal meningkatkan peluang penerimaan devisa negara. “Karena kalau diekspor bakal lebih mahal, lalu kita impor minyak dengan spesifikasi yang lebih rendah untuk diolah di kilang kita,” katanya. 

Menurutnya juga, pemerintah perlu mempertimbangkan kemampuan kilang nasional mengolah minyak mentah yang membutuhkan jenis kilang lebih spesifik.”Mungkin saja dilakukan sepanjang kilang Pertamina bisa menerima minyak yang diproduksi dari lapangan. Jangan salah, kilang itu dibuat untuk memproses minyak dengan spesifikasi tertentu,” ujarnya. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus