DALAM bisnis, nama bukanlah sekadar simbol, tapi juga merupakan maskot untuk menembus pasar. Wajarlah bila pekan lalu Bank Perniagaan Indonesia mengubah namanya menjadi Lippobank. "Agar mudah dieja, mudah diingat, dan tidak bertele-tele," kata Hasyim Ning, pengusaha tiga zaman yang menjadi Preskom Lippobank. Didirikan 41 tahun lalu, Lippobank yang kini beraset Rp 352 milyar itu tak segan-segan mengeluarkan Rp 1 milyar, hanya untuk ganti nama. Tapi ganti nama tentu tidak berarti ganti konsumen. "Kami tetap berkonsentrasi pada nasabah dari kalangan pengecer," kata James T. Riady, putra bankir Mochtar Riady, yang menjadi Presdir Lippobank. Lippo, yang memiliki 32 cabang, berencana membuka beberapa cabang baru. Tak lama lagi Lippo akan merger dengan Bank Umum Asia (BUA). Ha ..., bagaimana bisa? Ssttt. . ., BUA yang beraset Rp 100 milyar itu saham mayoritasnya (97%) juga dipegang Mochtar Riady bersama Liem Sioe Liong. Sedangkan di Lippo, ia mengasai 49% saham, sama besar dengan Hasyim Ning.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini