Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Lagi, insentif buat petani

Harga gabah naik di atas harga dasar. bulog menambah insentif sebesar Rp 10 per kg, agar kud lebih agresif. bulog optimistis, rencana pengadaan beras sekitar 2 juta ton tahun 1989 bisa tercapai.

8 April 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PANEN raya telah tiba. Dan Bulog (Badan Urusan Logistik) tiba-tiba menambah insentif. Ujung tombak Bulog, Koperasi Unit Desa (KUD), yang per Januari 1989 hanya terkungkung pada harga dasar beras petani Rp 405 per kg, plus insentif Rp 5, kini ditambah Rp 10. Lha, mengapa ditambah-tambah begitu? "Itu kan bisa meningkatkan pendapatan petani," ujar Bustanil Arifin, Kepala Bulog. Kalau itu alasannya, maka dengan insentif yang ditingkatkan, KUD pasti lebih berani membeli gabah petani -- karena memang lebih tinggi dari patokan harganya semula, yang cuma Rp 175 per kg untuk gabah kering panen (GKP). Gabah yang setelah digiling, lalu jadi beras, akan masuk ke Bulog dengan harga yang sudah ditambah insentif di atas. Tapi kualitas berasnya pun dituntut ketat: kadar airnya 14%. Alhasil, KUD kini bisa lebih bersaing dengan pedagang yang berani beli dari petani. Di saat panen raya ini, pedagang memang gencar memborong beras. Harga patokan GKP dilampauinya, sehingga ruang gerak KUD -- kalau bukan tak berkutik -- terbatas. Misalnya saja di Karanganyar, Jawa Tengah, harga GKP di tingkat petani mendekati Rp 180 per kg. Itu harga terendah di Ja-Teng. Sedangkan harga GKP tertinggi, masih di Ja-Teng, sekitar Rp 223 per kg -- ini di Cilacap. Di Jawa Barat lebih hebat. Harga GKP antara Rp 187 dan Rp 224 per kg. Aneh. Sebab, pada saat panen raya -- karena suplai melimpah -- biasanya harga gabah anjlok di bawah harga patokan pemerintah. Pada kondisi demikian, barulah ujung tombak Bulog, KUD maupun Satgas, bereaksi: menyelamatkan penghasilan petani. Tapi kini pedagang agresif. Apakah ini terjadi karena pedagang sudah menjual murah stoknya di awal tahun ini, ketika isu masuknya beras impor? Atau harga dasar yang ditetapkan kurang realistis? Entahlah. Yang jelas harga masih tinggi. Sementara itu, padi di Karawang, Ja-Bar, terlanda wereng cokelat. Sedangkan panen raya kali ini dekat dengan Lebaran awal Mei depan. Rupanya, banyak pedagang yang menduga harga beras di tingkat konsumen akan membubung. Karena itu, di saat panen kini, tak jadi soal membeli mahal. Kemungkinan itulah agaknya yang membuat Bulog jadi ketir-ketir. Sebab, kesempatan membangun stok pada panen raya ini -- saat harga biasanya murah -- terbentur swasta yang agresif menimbun beras. Apa karena itu Bulog lantas menambah insentif? "Bukan. Stok Bulog aman," sahut Bustanil Arifin. Bahkan, menurut Bustanil, kalaupun Bulog tak menambah insentif, lembaga ini tetap bisa menjalankan fungsinya, yakni mengamankan stabilitas harga beras/gabah di tingkat petani maupun konsumen. Bustanil optimistis, rencana pengadaan beras sekitar 2 juta ton tahun ini bisa tercapai. Pengadaan sejak Januari lalu sampai April ini sudah 442 ribu ton beras. Syukur bila dalam waktu dekat bisa lebih besar.Suhardjo Hs.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum