Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ini yang lebih mahal

Tarif sewa pertokoan di singapura & malaysia lebih mahal dibanding di jakarta. meski resesi mengancam, tak semua pertokoan lesu. misalnya di orchard road, singapura, & kuala lumpur plaza, malaysia. (eb)

7 Desember 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TARIF sewa di pusat pertokoan termewah di Jakarta, ternyata, belumlah setinggi di negara tetangga Singapura dan Malaysia. Pusat pertokoan Parkway Parade di Singapura, misalnya, dewasa ini memasang tarif sewa S$ 7.500 untuk toko ukuran 3 x 4 m, atau S$ 625 (sekitar Rp 335.000) per m2. Tarif tersebut sudah turun 15%, gara-gara para penyewa di pusat pertokoan yang jauh dari jantung kota itu pernah melakukan protes, awal tahun ini. Pusat pertokoan Parkway memang jauh lebih jelita (chic) dari Ratu Plaza, dan pernah mendapatkan banyak pelanggan warga Indonesia. Kini orang Indonesia sudah jarang ke situ, tapi masih banyak orang Brunei dan Malaysia yang ke sana. Kendati tarif sewa di situ sudah diturunkan, para penyewa masih menuntut agar diturunkan lagi. Sebuah toko yang menjual jam tangan eksklusif seperti buatan Christian Bernard, Ebel, Cartier, dan Christian Dior di situ, menurut pengawasnya, Nelson Loke, tahun ini mengalami kemerosotan penjualan 30% dibandingkan tahun lalu. Padahal, perdagangan umum di Singapura, tahun ini, seperti diberitakan pemerintah Singapura, rata-rata merosot hanya 4%. Resesi memang sangat terasa tahun ini di kota perdagangan terbesar ASEAN itu. Namun, tak semua toko di sana mengalami kelesuan. Pusat pertokoan di jantung Singapura seperti di Orchard Road tampak masih ramai. Bukan hanya penduduk setempat, orang asing termasuk warga Indonesia masih sering berbelanja di Orchard Road. Eksekutif C.K. Tang, Francis Lee, mengatakan pada TEMPO bahwa pendapatan C.K. Tang tahun silam (S$ 62 juta) memang sempat merosot dibandingkan tahun 1983 (S$ 67 juta). Namun, perusahaan pertokoan bergaya arsitektur pagoda Cina itu tahun ini diperkirakan bisa meraih pendapatan S$ 68 juta, sekitar 10% di atas tahun lalu. Pertokoan milik C.K. Tang itu, menurut Lee, menjual barang-barang keperluan sehari-hari yang bukan tergolong mewah. Barang-barang mewah yang dijual di bagian bawah pusat pertokoan itu dilakukan para konsesionernya: Gucci, Christian Dior, Zagner, dan Lanvin. Mereka, selain mendapatkan tempat strategis, juga diberi fasilitas listrik dan pengawal keamanan oleh C.K. Tang. Gucci merupakan konsesioner terbaru di situ. Kendati baru 3 1/2 bulan membuka toko di C.K. Tang, omset penjualannya tampaknya cerah. Menurut manajer perdagangan Gucci, Bertha Tan, ada empat toko Gucci di Singapura, dan yang paling besar di C.K. Tang itu. Para konsesioner, menurut Bertha, tidak membayar sewa tetap. Kontraknya: setiap bulan menyetor 20% dari keuntungan penjualan. Tarif pertokoan paling mewah di Malaysia memang lebih mahal dari Ratu Plaza atau pertokoan mewah lainnya di Jakarta. Kuala Lumpur Plaza merupakan kawasan terrnahal, terletak di Jalan Bukit Bintang. Irene Chong, manajer sebuah toko mewah yang khusus menjual sepatu Bally, mengaku menyewa ruang seluas 1.080 sqfeet dengan tarif M$ 10.000. "Memang terlalu tinggi, tapi kami yakin bisnis kami bisa maju di sini," tutur Irene. Ia sudah 2 1/2 tahun berkecimpung dalam bisnis sepatu impor dari Swiss itu, mula-mula di Yow Chuan Plaza (Jalan Tun Razak, Kuala Lumpur), kemudian ke Kuala Lumpur Plaza yang diakuinya lebih menguntungkan. Pusat pertokoan KL Plaza terletak di daerah strategis, berdampingan dengan Kuala Lumpur Tower (untuk perkantoran). Lapangan parkir memadai, interior plaza berlantai marmar impor, dengan penerangan lampu-lampu kristal. Para pelanggan yang biasa berbelanja ke situ umumnya dari golongan menengah dan atas. Kebanyakan membayar tidak secara tunai, melainkan dengan kartu kredit internasional, seperti American Express dan Diners Club. Di Kuala Lumpur, bisnis toko mewah bisa bertahan meski dengan tarif tinggi, sementara toko-toko kelas menengah - seperti butik - mulai tampak tersingkir. Max Wangkar Laporan Ekram H. Attamimi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus