SEPULANG dari luar negeri, Henry Onggo, distributor semen terkemuka, mempunyai pikiran untuk membangun suatu kompleks "kota di dalam kota". Ide itu timbul pada akhir tahun 1970-an. "Waktu itu, Jakarta belum memiliki tempat perbelanjaan yang memadai. Yang ada hanya kios-kios," tutur Henry Onggo, Presiden Direktur PT Ratu Sayang Internasional (RSI). Ditaksirnya, sudah pantas Jakarta mempunyai semacam kompleks perkantoran, pertokoan, dan sekaligus tempat tinggal yang bagus lagi nyaman. Henry Onggo lalu mengusahakan pinjaman modal dari bank-bank komersial US$ 50 juta. Dan pada akhir 1980 terbentuklah apa yang diangan-angankannya: sebuah perkantoran dengan 32 lantai, pertokoan 4 lantai, serta apartemen 18 lantai. Bangunan yang menjulang tinggi itu, terletak pada areal tanah seluas 1,7 hektar, dengan luas bangunan seluruhnya 100 ribu m2. Kalau dilihat secara saksama, gaya dan cara pengaturannya merupakan replika dari pusat pertokoan di Singapura - lihat saja Lucky Plaza atau Far East Plaza. Ratu Plaza, kemudian, memang bagaikan seorang ratu yang jadi pusat perhatian karena merupakan bangunan pertama yang menyediakan pelbagai fasilitas. Pengunjung yang datang ke sana banyak yang hanya sekadar berekreasi. Searah dengan pintu masuk, terdapat sebuah pelataran berbentuk segitiga. Tidak jarang pengunjung, biasanya anak-anak muda, hanya duduk-duduk di pelataran ini sembari menyaksikan orang-orang yang akan berbelanja. Bersebelahan dengan pelataran ini terdapat sebuah air mancur yang dihiasi dengan lampu warna-warni. Belum lagi dua buah lift, berbentuk kapsul yang tembus pandang, siap mengantarkan pengunjung dari lantai dasar sampai lantai V, atau sebaliknya, yang merupakan daya tarik tersendiri. Semua kebutuhan sandang maupun pangan tersedia di sini - juga ada buku, alat-alat listrik, sampai bak mandi keramik aneh-aneh dari Italia. Di lantai bawah tanah akan di jumpai pasar swalayan. Sedang bagi mereka yang suka makan dan menonton film, tersedia di lantai III. Letak Ratu Plaza strategis, di ujung Jalan Sudirman, yang merupakan pintu gerbang bagi orang-orang yang bermukim di kawasan Jakarta Selatan. Ruang perkantoran, yang terletak di sisi kanan pertokoan, memiliki 32 lantai. "Sampai saat ini, sudah sekitar 30 perusahaan yang menyewa di sini, kebanyakan dari mereka adalah perusahaan asing," ujar Onggo. Seperti Mobil Oil, Stanvac, Bayer, dan Mitsubishi Corp. Tarif sewa mereka setiap m2 berkisar antara US$ 19 dan US$ 21 per bulan. Enam buah lift melayani karyawan dan tamu yang hendak berkunjung. Akan halnya apartemen, yang memiliki 18 lantai itu, sudah penuh oleh orang-orang asing yang bekerja di Indonesia. "Fasilitas bagi penghuni cukup lengkap, dari kebutuhan untuk olah raga, renang, tenis, sampai tempat bermain anak-anak," ujar Onggo. Menurut dia, luas ruangan apartemen yang disewakan berbeda-beda, dengan rata-rata uang sewa sebesar US$ 1750 setiap bulan. Dari lantai 5 sampai 14, terdapat 35 buah apartemen, dengan luas 165 m2 setiap ruang. Di dalamnya, tiga buah kamar, dilengkapi dengan taman mewah bagi keluarga. Sedangkan pada lantai 15 hingga 18, tersedia 8 apartemen tipe Maisonette, dengan luas lantai seluruhnya 330 m2. Dengan desain istimewa, ruang tamu yang luas, ruang makan, ruang keluarga, dan tiga kamar tidur yang masing-masing diperlengkapi dengan kamar mandi, serta hawa sejuk bak sebuah bungalo di udara. Sewaktu Ratu Plaza diresmikan oleh Gubernur DKI Tjokropranolo, Desember 1980, salah seorang direktur PT RSI, Ir. Ibrahim Alsegaf, mengungkapkan keyakinannya bahwa dalam jangka pendek modal yang ditanamkan bisa kembali. Alasannya, waktu itu, hampir semua ruangan pertokoan yang jumlahnya sekitar 500 buah sudah ditutup para peminat. Tapi, percaya atau tidak, sukses yang dicapai di awal pembukaannya belum memberikan keuntungan kepada PT RSI. "Sampai tahun kelima ini, kami masih mengalami kerugian, karena harus membayar bunga lebih mahal 11% setiap bulan," ujar Onggo, sedikit mengeluh. Sebab, tambahnya, "Jumlah pinjaman lebih besar dari pada modal sendiri." Akhirnya, mau tidak mau, pengurus menaikkan harga sewa perkantoran dan pertokoan 50% - 80%. Sedangkan bagi penyewa apartemen dikenakan tambahan US$ 50. Untuk semua itu, manajemen menjanjikan fasilitas keamanan yang memadai. "Semua peralatan yang menunjang, seperti sprinkler, heat letector, smoke detector, dan hidrant siap dipergunakan pada waktu diperlukan," tutur Ibrahim Alsegaf. "Pokoknya, dari segi keamanan, gedung ini memenuhi persyaratan," tambah Ibrahim. Cuma, sayangnya, gedung yang megah ini tidak ditunjang dengan lokasi parkir yang memadai - hanya tersedia bagi 1.000 mobil. Satu hal yang menjadi keluhan para penyewa gedung di sini. Mereka pantas mengeluh karena tempat parkir hanya dipenuhi oleh mobil penyewa gedung. Sedangkan pengunjung yang bermobil harus keliling beberapa kali baru mendapatkan tempat. Berdasarkan ketentuan Pemda DKI, setiap 40 m2 - 60 m2 luas bangunan harus tersedia area parkir bagi satu mobil. Jadi, bagi bangunan kompleks Ratu Plaza, yang luasnya 100.000 m, paling tidak harus tersedia tempat parkir bagi 1.600-2.500 mobil. Tanah mana lagi yang akan diambil? Rudy Novrianto Laporan Ahmed Soeriawidjaja
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini