HADIAH Pulitzer berupa uang US$ 1.000 akhirnya diberikan kepada
Teresa Carpenter, wartawan majalah mingguan Village Voice, New
York. Artikel Carpenter mengenai terbunuhnya seorang istri di
tangan suaminya yang baru saja cuti dari rumah sakit jiwa. Ia
dianggap layak memenangkan Pulitzer kategori tulisan feature --
setelah Janet Cooke mengembalikan hadiah yang semula diraihnya.
Sekalipun skandal Cooke dianggap selesai, kritik terhadap cara
kerja Dewan Hadiah Pulitzer justru muncul kembali. Beberapa
anggota dewan itu sesungguhnya sudah sejak awal enggan menilai
artikel Jimmy's World karya Cooke. Eugene C. Patterson, Pemimpin
Redaksi koran St. Petersburg Times, salah seorang penentang,
menyebut bahwa kebenaran cerita Jimmy belum teruji. Tapi Roger
Wilkins, juga anggota dewan, menghapus keraguan itu dengan
alasan bahwa ia dengan mudah bisa mendapatkan pecandu heroin
sebaya Jimmy di New York.
Kasak-Kusuk
Kecurigaan para redaktur terhadap cara kerja dewan itu memang
beralasan. Dewan, demikian seorang juri, sering tidak
mengindahkan rekomendasi juri. Dalam kasus Cooke, misalnya,
dewan seenaknya mengubah penggolongan artikel Jimmy's World dari
kategori local reporting ke feature writing.
Tahun ini perebutan Pulitzer diikuti 1.237 peserta. Mereka
umumnya dicalonkan oleh penerbit masing-masing. Sering terjadi
promosi secara kasak-kusuk dalam hal ini.
Dewan pun ternyata bisa melakukan tawar menawar dengan calon
pemenang. Tahun 1973, misalnya, dewan pernah menawarkan kepada
Benjamin Bradlee, Pemimpin Redaksi Washington Post, mengenai
kategori apa yang diinginkannya sehubungan dengan keberhasilan
Carl Bernstein dan Bob Woodward membongkar skandal Watergate.
Untuk menunjukkan loyalitas kepada majikan dan menaikkan gengsi
Post, Bradlee memilih Pulitzer kategori public service. Jika ia
memilih tulisan serial Watergate dikategorikan investigative
journalism, pribadi Woodward dan Bernstein saja mendapat
kehormatan.
Sejumlah redaktur bahkan sejak lama menuduh keputusan Dewan
Hadiah Pulitzer terlalu sering dipengaruhi kepentingan politik
dan persekongkolan tertentu. Mendiang Joseph Pulitzer jelas tak
pernah membayangkan intrik semacam itu akan terjadi.
Dari tokoh itulah, dengan mengambil namanya, hadiah Pulitzer
sejak Mei 1917 diberikan setiap tahun. Dana yang disediakannya
semula berjumlah US$ 500 ribu dan pengurusannya sejak dulu
hingga kini diserahkan kepada Universitas Columbia, New York.
Pada mulanya hadiah itu hanya diberikan untuk 8 kategori
penulisan jurnalistik, dan 5 kategori penulisan sastra terbaik.
Sejak 1943, Pulitzer juga derikan atas karya komposisi musik
terbaik.
Siapa Pulitzer? Lahir 10 April 1847 di Mako, Hungaria, Pulitzer
menginjakkan kaki pertama kali di AS tahun 1864 sebagai anggota
Tentara Union (Utara) dalam Perang Saudara. Perkenalannya dengan
suratkabar dimulai empat tahun kemudian ketika Westliche Post,
koran berbahasa Jerman di St. Louis, menerimanya sebagai
reporter. Di kota inilah, Pulitzer secara berangsur membeli
koran setempat. Dalam tempo 10 tahun ia berhasil menelurkan St.
Louis Post Dispatch, koran berpengaruh waktu itu.
Tahun 1883, Pulitzer membeli koran NerlJ York World yang nyaris
bangkrut. Dalam jangka tiga tahun ia berhasil menaikkan oplahnya
dari 15 ribu ke 250 ribu. Serangkaian kisah sukses itu
menyebabkan Pulitzer dikenal sebagai raja koran yang berhasil.
Tapi di tahun 1909 ia hampir dituntut ketika korannya memfitnah
Presiden Theodore Roosevelt yang diberitakannya menyelewengkan
pembayaran US$ 40 Juta atas French-Panama Canal Co. Kasus itu
tak sempat dibawa ke pengadilan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini