ANYAMANNYA berserat kasar dan berwarna kuning -- mirip lembaran
karung goni. Sukar membayangkan bahan ini sebagai "tanah",
tempat tanaman bisa tumbuh. Tapi A. Chuba wartawan majalah
Sov7et Un70n, tak ragu lagi ketika ia diperlihatkan tanaman
bunga violet yang tumbuh indah dan subur di atas "kain" itu.
Vladimir Soldatov dan beberapa rekannya menciptakan tanah buatan
unik itu di suatu laboratorium Institut Kimia Dasar dan
Inorganik -- sebagian dari Akademi Ilmu Pengetahuan Byelorusia
di Uni Soviet.
Dunia ilmu pengetahuan sudah lama mengenal berbagai zat yang
seperti tanah biasa mendukung proses mengisolasi dan mengolah
berbagai unsur garam mineral. Proses ini menyediakan bahan bagi
pertumbuhan tanaman serta mengolah sisa tanaman mati, semuanya
dalam bentuk ion (atom yang jumlah elektronnya lebih atau kurang
dari normal). Zat seperti itu dikenal sebagai "zat penukar ion."
Secara teoretis dengan zat seperti itu, jika diairi dan
ditambahkan zat makanan, setiap tanaman bisa tumbuh. Karenanya
tim Soldatov memulai penelitiannya dengan menggunakan berbagai
zat penukar ion seperti itu. Puluhan eksperimen mereka lakukan,
tapi hasil pertumbuhan sangat tidak memuaskan.
Zat penukar ion -- bermuatan positif atau negatif -- mampu
menarik ion dengan muatan berlawanan dari lingkungannya dan
menggantikannya dengan ion zat lain. Karena sifatnya itu
berbagai zat penukar ion banyak dipergunakan dalam berbagai
proses laboratorium, menjernihkan dan menganalisa berbagai
larutan. Secara komersial zat itu juga banyak dipergunakan
untuk menjernihkan air minum dan secara medis bertindak sebagai
ginjal buatan.
Tanah pertanian juga bersifat seperti itu. Hal ini pertama kali
ditemukan di Inggris pertengahan abad lalu oleh Sir H.S.M.
Thompson, ahli pertanian dan J.T. Way, ahli kimia. Dalam suatu
eksperimen, Way menuang larutan kaliumkhlorida ke dalam sebuah
kotak berisikan tanah. Air yang keluar dari bawah kotak itu ia
tampung, demikian juga air hujan yang ia tuangkan kemudian untuk
pembilasan. Ternyata setelah dianalisa, sisa air itu tak ada
mengandung kalium lagi, meski semua khlorida masih ditemukan
kembali. Semua kalium ternyata tertukar dengan jumlah yang
secara kimawi sama zat magnesium dan kalsium. Menjelang tahun
1940-an proses ini dikenal sebagai penukaran ion.
Akhirnya tim Soldatov di Byelorusia berhasil menciptakan suatu
zat penukar ion baru, dari berbagai bahan yang secara rutin
diproduksi dalam industri. Zat baru itu ternyata sepenuhnya
memenuhi proses penyediaan kebutuhan tanaman akan zat makanan.
Selain itu mereka juga mengembangkan peralatan untuk mengolah
zat itu hingga berbentuk butiran, menyerupai butiran tanah
alamiah. Tinggal lagi tanah buatan itu harus dibuktikan
keampuhannya.
Maka para ahli laboratorium itu menanam hampir 200 jenis
tanaman, termasuk kentang, kubis, wortel dan bit. Untuk menjaga
kemurnian penelitian mereka menggunakan air suling, meski air
biasa bisa mendukung proses pertumbuhan. Semua tanaman ternyata
tumbuh dengan subur. Dan dalam waktu yang sesuai bagi setiap
jenis tanaman, semuanya menghasilkan panen yang baik.
Tapi usaha penelitian tidak terhenti di situ. Tujuan akhir ialah
agar tanah buatan itu bisa digunakan dalam kondisi ruang
angkasa. "Tanah" itu harus mampu menampung gaya berat berlipat
ganda yang dialami di saat peluncuran. Kemudian juga bisa
bertahan terhadap keadaan tanpa bobot serta tidak adanya
pengertian "atas" dan "bawah". Jika dalam bentuk butiran, pasti
"tanah" itu menyebar ke seluruh isi kapal ruang angkasa, menit
pertama dalam orbit.
Kejadian ini tentu bisa dicegah bila zat penukar ion itu
dibentuk tidak dalam butiran tapi dalam bentuk padat dan terpadu
-- seperti anyaman. Dan ini tidak sulit karena pada hakikatnya
semua zat penukar ion berupa damar buatan, seperti halnya semua
bahan dasar yang menghasilkan serat buatan buat industri
tekstil.
"Tanah" itu kemudian dianyam setelah dibuat berserat. Selain
dalam bentuk anyaman ternyata serat itu juga bisa dibentuk dalam
lembaran yang dipres, mirip lembaran vilt. Semua lembaran itu,
jika sudah ditaburi benih tanaman bisa digulung dan disimpan
sampai diperlukan. Baru jika diairi, benih itu akan tumbuh.
Pendeknya kini tercipta suatu kebun yang bisa digulung dan
diangkut ke setiap tempat yang dikehendaki.
Saat ini kebun sayur seperti itu mengitari bumi dalam stasiun
ruang angkasa Soviet, Salyut. Berbagai tanaman bumi tumbuh
dengan subur, sekalipun dalam kondisi ruang angkasa. "Kami
sangat menyenanginya," kata para kosmonaut melalui radio.
Di seluruh dunia banyak uang dikeluarkan untuk melindungi
berbagai tanaman dari efek iklim yang kurang menguntungkan.
Terutama di negeri beriklim dingin, banyak tanaman dihasilkan
dalam rumah kaca. Teknologi ini dari tahun ke tahun semakin
berkembang, terutama di Jepang dan Eropa.
Cara lain juga banyak dikembangkan. Misalnya hidroponika. Dengan
teknik ini tanaman ditumbuhkan tanpa tanah. Akar tanaman itu
bergelantungan dalam suatu larutan air berisikan zat makanan.
Semua teknik pertanian seperti itu memungkinkan tercapai
ketidaktergantungan pada iklim dan jenis tanah.
Lebih Mahal
Tentu saja teknik pertanian seperti itu jauh lebih mahal
ketimbang teknik penanaman yang lazim dipergunakan. Namun karena
kebutuhan tertentu teknik seperti itu secara ekonomis akan
menjadi layak. Misalnya bila tidak terdapat tanah pertanian yang
baik, atau air terbatas, atau menghasilkan tanaman di luar
musimnya.
I.L.A. Ysselmuiden, ahli pertanian yang tergabung dalam Hunting
Technical Services Ltd. -- suatu perusahaan Inggris yang punya
perwakilan di Jakarta-bercerita bahwa di Eropa bisa dibeli
tanaman dalam kotak kecil berisikan tanah buatan. "Kalau diairi,
tanamannya tumbuh," katanya pada TEMPO pekan lalu. "Tanah" itu
berbentuk serat dan berisikan segala zat yang dibutuhkan tanaman
itu. Air menyebabkan proses itu dimulai. Tanaman semacam itu
memang mahal. "Tapi di Eropa orang suka tanaman yang aneh dan di
luar musim," kata Ysselmuiden.
Laboratorium di Byelorusia konon juga mengembangkannya untuk
kebutuhan penduduk bagian utara Uni Soviet yang sepanjang tahun
diliputi es. Kini berbagai kota industri bermunculan sementara
banyak sumber mineral ditemukan di daerah utara itu. Satu
masalah terpokok tentu ialah menyediakan sayur-mayur dan tanaman
lain bagi penduduk itu. "Kebun gulung" buatan Byelorusia mungkin
memberi jawaban.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini