Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

"kebun gulung" buatan byelorusia

Laboratorium di byelorusia berhasil menciptakan 'tanah buatan' berbentuk anyaman yang berserat kasar mirip lembaran karung goni. tempat tanaman bisa tumbuh. (tek)

2 Mei 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ANYAMANNYA berserat kasar dan berwarna kuning -- mirip lembaran karung goni. Sukar membayangkan bahan ini sebagai "tanah", tempat tanaman bisa tumbuh. Tapi A. Chuba wartawan majalah Sov7et Un70n, tak ragu lagi ketika ia diperlihatkan tanaman bunga violet yang tumbuh indah dan subur di atas "kain" itu. Vladimir Soldatov dan beberapa rekannya menciptakan tanah buatan unik itu di suatu laboratorium Institut Kimia Dasar dan Inorganik -- sebagian dari Akademi Ilmu Pengetahuan Byelorusia di Uni Soviet. Dunia ilmu pengetahuan sudah lama mengenal berbagai zat yang seperti tanah biasa mendukung proses mengisolasi dan mengolah berbagai unsur garam mineral. Proses ini menyediakan bahan bagi pertumbuhan tanaman serta mengolah sisa tanaman mati, semuanya dalam bentuk ion (atom yang jumlah elektronnya lebih atau kurang dari normal). Zat seperti itu dikenal sebagai "zat penukar ion." Secara teoretis dengan zat seperti itu, jika diairi dan ditambahkan zat makanan, setiap tanaman bisa tumbuh. Karenanya tim Soldatov memulai penelitiannya dengan menggunakan berbagai zat penukar ion seperti itu. Puluhan eksperimen mereka lakukan, tapi hasil pertumbuhan sangat tidak memuaskan. Zat penukar ion -- bermuatan positif atau negatif -- mampu menarik ion dengan muatan berlawanan dari lingkungannya dan menggantikannya dengan ion zat lain. Karena sifatnya itu berbagai zat penukar ion banyak dipergunakan dalam berbagai proses laboratorium, menjernihkan dan menganalisa berbagai larutan. Secara komersial zat itu juga banyak dipergunakan untuk menjernihkan air minum dan secara medis bertindak sebagai ginjal buatan. Tanah pertanian juga bersifat seperti itu. Hal ini pertama kali ditemukan di Inggris pertengahan abad lalu oleh Sir H.S.M. Thompson, ahli pertanian dan J.T. Way, ahli kimia. Dalam suatu eksperimen, Way menuang larutan kaliumkhlorida ke dalam sebuah kotak berisikan tanah. Air yang keluar dari bawah kotak itu ia tampung, demikian juga air hujan yang ia tuangkan kemudian untuk pembilasan. Ternyata setelah dianalisa, sisa air itu tak ada mengandung kalium lagi, meski semua khlorida masih ditemukan kembali. Semua kalium ternyata tertukar dengan jumlah yang secara kimawi sama zat magnesium dan kalsium. Menjelang tahun 1940-an proses ini dikenal sebagai penukaran ion. Akhirnya tim Soldatov di Byelorusia berhasil menciptakan suatu zat penukar ion baru, dari berbagai bahan yang secara rutin diproduksi dalam industri. Zat baru itu ternyata sepenuhnya memenuhi proses penyediaan kebutuhan tanaman akan zat makanan. Selain itu mereka juga mengembangkan peralatan untuk mengolah zat itu hingga berbentuk butiran, menyerupai butiran tanah alamiah. Tinggal lagi tanah buatan itu harus dibuktikan keampuhannya. Maka para ahli laboratorium itu menanam hampir 200 jenis tanaman, termasuk kentang, kubis, wortel dan bit. Untuk menjaga kemurnian penelitian mereka menggunakan air suling, meski air biasa bisa mendukung proses pertumbuhan. Semua tanaman ternyata tumbuh dengan subur. Dan dalam waktu yang sesuai bagi setiap jenis tanaman, semuanya menghasilkan panen yang baik. Tapi usaha penelitian tidak terhenti di situ. Tujuan akhir ialah agar tanah buatan itu bisa digunakan dalam kondisi ruang angkasa. "Tanah" itu harus mampu menampung gaya berat berlipat ganda yang dialami di saat peluncuran. Kemudian juga bisa bertahan terhadap keadaan tanpa bobot serta tidak adanya pengertian "atas" dan "bawah". Jika dalam bentuk butiran, pasti "tanah" itu menyebar ke seluruh isi kapal ruang angkasa, menit pertama dalam orbit. Kejadian ini tentu bisa dicegah bila zat penukar ion itu dibentuk tidak dalam butiran tapi dalam bentuk padat dan terpadu -- seperti anyaman. Dan ini tidak sulit karena pada hakikatnya semua zat penukar ion berupa damar buatan, seperti halnya semua bahan dasar yang menghasilkan serat buatan buat industri tekstil. "Tanah" itu kemudian dianyam setelah dibuat berserat. Selain dalam bentuk anyaman ternyata serat itu juga bisa dibentuk dalam lembaran yang dipres, mirip lembaran vilt. Semua lembaran itu, jika sudah ditaburi benih tanaman bisa digulung dan disimpan sampai diperlukan. Baru jika diairi, benih itu akan tumbuh. Pendeknya kini tercipta suatu kebun yang bisa digulung dan diangkut ke setiap tempat yang dikehendaki. Saat ini kebun sayur seperti itu mengitari bumi dalam stasiun ruang angkasa Soviet, Salyut. Berbagai tanaman bumi tumbuh dengan subur, sekalipun dalam kondisi ruang angkasa. "Kami sangat menyenanginya," kata para kosmonaut melalui radio. Di seluruh dunia banyak uang dikeluarkan untuk melindungi berbagai tanaman dari efek iklim yang kurang menguntungkan. Terutama di negeri beriklim dingin, banyak tanaman dihasilkan dalam rumah kaca. Teknologi ini dari tahun ke tahun semakin berkembang, terutama di Jepang dan Eropa. Cara lain juga banyak dikembangkan. Misalnya hidroponika. Dengan teknik ini tanaman ditumbuhkan tanpa tanah. Akar tanaman itu bergelantungan dalam suatu larutan air berisikan zat makanan. Semua teknik pertanian seperti itu memungkinkan tercapai ketidaktergantungan pada iklim dan jenis tanah. Lebih Mahal Tentu saja teknik pertanian seperti itu jauh lebih mahal ketimbang teknik penanaman yang lazim dipergunakan. Namun karena kebutuhan tertentu teknik seperti itu secara ekonomis akan menjadi layak. Misalnya bila tidak terdapat tanah pertanian yang baik, atau air terbatas, atau menghasilkan tanaman di luar musimnya. I.L.A. Ysselmuiden, ahli pertanian yang tergabung dalam Hunting Technical Services Ltd. -- suatu perusahaan Inggris yang punya perwakilan di Jakarta-bercerita bahwa di Eropa bisa dibeli tanaman dalam kotak kecil berisikan tanah buatan. "Kalau diairi, tanamannya tumbuh," katanya pada TEMPO pekan lalu. "Tanah" itu berbentuk serat dan berisikan segala zat yang dibutuhkan tanaman itu. Air menyebabkan proses itu dimulai. Tanaman semacam itu memang mahal. "Tapi di Eropa orang suka tanaman yang aneh dan di luar musim," kata Ysselmuiden. Laboratorium di Byelorusia konon juga mengembangkannya untuk kebutuhan penduduk bagian utara Uni Soviet yang sepanjang tahun diliputi es. Kini berbagai kota industri bermunculan sementara banyak sumber mineral ditemukan di daerah utara itu. Satu masalah terpokok tentu ialah menyediakan sayur-mayur dan tanaman lain bagi penduduk itu. "Kebun gulung" buatan Byelorusia mungkin memberi jawaban.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus