Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Itu Adalah "Nonsens"

Diberitakan terjadi pencurian minyak mentah dari sumur badak, punya hufco dan sumur handil ii punya total. para kontraktor, menteri pertambangan sadli, serta humas pertamina membantahnya.

9 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ENAM juta ton minyak Kalimantan Timur diduga dicuri kontraktor. Begitu bunyi judul berita harian Merdeka 14 September lalu. Menurut harian itu, sebanyak 6 juta ton minyak mentah telah diselundupkan selama 6 bulan terakhir dari sumur Badak punya Huffco dan sumur Handil II punya kontraktor Total. Caranya: mengalirkan minyak yang baru keluar ke kapal ponton, yang kemudian disedot oleh tanker-tanker yang daya angkutnya rata-rata 100 ribuan ton. Dalam sebulan tak jarang kapal pengangkut minyak itu mencapai 10 buah, dengan alasan melakukan "eksperimen". Terang saja para kontraktor minyak yang dituduh "mencuri" itu merasa perlu membantah. Sekalipun tak langsung. "Segala bahan keterangan sudah kami sampaikan pada Pertamina", kata De Matharel, manajer operasi Total ketika ditelepon TEMPO. Sedang Huffco menurut berita AFP menjelaskan bahwa minyak dari sumur Badak langsung disalurkan ke pangkalan minyak Santan di bawah pengawasan Pertamina. Menteri Pertambangan Sadli, dalam dengar pendapat dengan Komisi VI DPR 15 September lalu, juga membantah keras tuduhan pencurian itu. "Itu tak mungkin terjadi", kata Menteri Pertambangan yang beranggapan berita itu adalah "nonsens". Juga Mufti AS, Kepala Humas Pertamina yang dihubungi TEMPO menyatakan berita begitu "tak benar" dan "tak mungkin terjadi". Menurut Mufti, minyak Badak produksi Huffco itu langsung dipompa dari lapangan di darat ke terminal Santan. Dari situ minyak mentah itu disalurkan ke tangki-tangki punya Union Oil. Attaka Yard untuk kemudian diekspor. Sedang minyak mentah sumur Handil II produksi Total milik Perancis itu, disedot dulu ke dalam kapal Jarena yang berfungsi sebagai gudang minyak terapung (floating bage). Penggunaan tanker Jarena yang berbobot mati 70 ribu ton sebagai tempat penyimpanan minyak mentah itu disetujui oleh Direktur Direktorat Migas ir Wiyarso dalam surat keputusannya 12 April lalu. Setelah ditimbun di kapal Jalona ini, minyak Handil itu diekspor melalui tanker-tanker samudera. Sistim pengukuran yang dipakai sudah disetujui pula oleh Ditjen Migas 13 Januari lalu. Pemuatan minyak dari Jarena ke tanker samudera itu senantiasa diawasi oleh Bea Cukai dan Administrator Pelabuhan. Bea Cukai mengawasi perhitungan surat-surat muat (certificate of quantiy), dan kapal pengekspor minyak itu tidak boleh berlayar sebelum formulir 5-B ditandatangani oleh syahbandar. Di samping pengawasan oleh Bea Cukai dan Syahbandar, operator terminal dan pejabat-pejabat Pertamina lainnya ikut pula mengawasi ekspor minyak itu. Nah, dengan berbagai prosedur dan tiga perangkat pengawas itu, fihak Pertamina merasa ekspor minyak Badak dan Handil II itu sudah aman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus