Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Apa Penyebab Longsor Jalan Tol Bocimi

Jalan tol Bocimi ambles pada Rabu malam. Berbagai dugaan penyebab muncul, dari masalah drainase hingga kegagalan konstruksi.

5 April 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mencatat lokasi longsor jalan tol Bocimi di Kilometer 64, Sukabumi, masuk dalam jenis gerakan tanah tipe cepat. Lokasi tersebut juga berada di daerah perbukitan dengan kemiringan landai sampai curam.

  • Warga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi dan pengguna jalan tetap waspada karena adanya potensi longsor susulan jika hujan berlangsung lama.

  • Koordinator Indonesia Toll Road Watch Deddy Herlambang memperkirakan amblesnya jalan tol Bocimi terjadi karena kegagalan konstruksi.

KONSTRUKSI dan struktur jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi atau jalan tol Bocimi seksi II ruas Cigombong-Cibadak tak sanggup menahan derasnya hujan pada Rabu malam, 3 April 2024. Pada pukul 20.00 WIB, longsor terjadi di Kilometer 64-600 atau berlokasi di jalan tol Parungkuda arah Sukabumi, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Dua mobil MPV dan satu truk menjadi korban dampak longsor. Longsornya tanah di lajur 1 membuat satu kendaraan Isuzu Panther jenis MPV jatuh ke dalam lubang.

Dua orang terluka akibat mobil Isuzu yang mereka tumpangi terperosok ke dalam jalan yang longsor. Sedangkan pengemudi truk dan MPV lainnya banting setir ke kanan hingga menabrak median jalan untuk menghindari longsor. Satu truk sempat terguling, tapi sopir dan penumpangnya tidak terluka.

 

"Korban jiwa tidak ada, tapi dua penumpang Isuzu Panther yang mobilnya terjerembap ke dalam lubang jalan yang longsor mengalami luka-luka dan sudah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah Sekarwangi, Cibadak, Kabupaten Sukabumi," kata Kepala Kepolisian Resor Sukabumi Ajun Komisaris Besar Tony Prasetyo di Sukabumi, Rabu, 3 April lalu. 

Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), lokasi longsor di Kilometer 64, Sukabumi, masuk dalam jenis gerakan tanah tipe cepat. Lokasi tersebut juga berada di daerah perbukitan dengan kemiringan landai sampai curam. “Jenis gerakan tanah diperkirakan berupa longsoran tebing yang merupakan jenis gerakan tanah tipe cepat,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Kementerian ESDM Hendra Gunawan, kemarin. 

Dia menuturkan ketinggian lokasi gerakan tanah berada di 465 meter di atas permukaan laut. Terdapat Sungai Cileuleuy di sebelah tenggara dari lokasi bencana. Menurut Peta Prakiraan Terjadi Gerakan Tanah bulan April 2024 yang dirilis Badan Geologi di Kabupaten Sukabumi, wilayah di Kecamatan Ciambar masuk zona potensi gerakan tanah menengah-tinggi. “Pada zona ini, dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal. Sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali,” katanya. 

Hendra menduga penyebab terjadinya longsor adalah kemiringan lereng yang agak curam. Sebelum terjadi bencana, hujan dengan intensitas tinggi dan durasi lama memicu longsor. Dia meminta warga yang bertempat tinggal di sekitar lokasi dan pengguna jalan tetap waspada karena ada potensi longsor susulan jika hujan berlangsung lama. Tim yang bertugas melakukan penanganan material longsor ataupun perbaikan jalan juga diminta berhati-hati karena bekerja di area rawan longsor, khususnya pada musim hujan.

Sejumlah kendaraan memadati ruas jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) di pintu keluar gerbang tol Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, 24 April 2023. ANTARA/Arif Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 
Badan Geologi menyarankan pembenahan saluran air permukaan secepatnya dilakukan agar mampu menampung debit air yang meningkat saat hujan. Hendra juga meminta tim yang bertugas memasang rambu rawan bencana longsor untuk meningkatkan kewaspadaan. “Tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kestabilan lereng, seperti pemotongan lereng, tidak mencetak kolam baru di area longsoran untuk mengurangi penjenuhan lereng, dan tidak melakukan penebangan pohon-pohon besar dengan sembarangan,” katanya. 

Pemerintah juga diminta memeriksa area lereng di sekitar lokasi bencana untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya longsor susulan. Jika muncul retakan di sekitar lereng, dia berharap pemerintah segera menutup dan memadatkan dengan tanah untuk mengurangi peresapan air ke dalam tanah, sekaligus merekayasa aliran air menjauh dari retakan.

Ruas jalan tol seksi II, Cigombong-Cibadak, kata dia, dapat difungsikan kembali jika pengelola jalan tol melakukan rekayasa geoteknik yang memadai untuk revitalisasi jalan. “Tidak ada struktur geologi dan hal mayor lainnya yang dapat membahayakan lebih jauh. Ini murni karena tingkat kejenuhan air satuan batuan di permukaan dan curah hujan tinggi,” katanya. 

Jalan tol Bocimi merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) di sektor jalan dan jembatan. Jalan tol sepanjang 54 kilometer ini masuk program PSN 2020-2024, yang termuat dalam Peraturan Menteri Koordinator Perekonomian RI Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perubahan Daftar PSN. Total investasinya mencapai Rp 7,77 triliun. Pembangunan jalan tol Bocimi diharapkan mempercepat mobilitas kendaraan penumpang dan logistik di Jawa Barat untuk meningkatkan perekonomian dan usaha, khususnya di Bogor dan Sukabumi. 

Setelah jalan tol Ciawi-Sukabumi tersambung, pemerintah akan membangun jalan tol Caringin-Cianjur yang nantinya terkoneksi dengan wilayah Puncak serta pengembangan kawasan ekonomi khusus di Lido. Jalan tol Caringin-Cianjur akan membentang 51 kilometer dan memerlukan dana Rp 25 triliun.

Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional Adrin Tohari memprediksi adanya dua penyebab longsor. Pertama, sistem drainase yang tak sanggup menampung limpasan air hujan menjadi pemicu longsor di jalan tol Bocimi Kilometer 64-600. Limpasan merupakan menggenangnya air di atas tanah karena penuhnya kapasitas daya tampung air pada tanah. 

Adrin mengatakan limpahan air hujan meluber ke bagian lereng, lalu menumpuk (penjenuhan) di badan jalan. “Jika sudah ada penjenuhan, kondisi itu bisa menyebabkan kekuatan tanah berkurang dan menimbulkan longsor,” katanya, seperti dikutip Antara.

Faktor kedua, terbentuknya aliran air tanah di kaki lereng karena hujan yang cukup lebat. Faktor ini sering muncul, terutama di lereng kupasan atau lereng timbunan. Aliran air yang muncul dapat menyebabkan gangguan pada kaki lereng sehingga memicu longsor.

Dia mengatakan perkerasan konstruksi sangat penting, terutama jalan yang berada pada lokasi tanah timbunan. Metode perkerasan akan memperkuat lereng menahan air hujan. Adrin berpendapat, longsor di jalan tol Bocimi tidak mungkin terjadi dalam satu malam. “Pasti ada indikasi retak-retak dulu karena hujan sudah berlangsung cukup lama. Longsor tidak terjadi mendadak. Pasti ada gejala-gejala lebih dulu, baik pada perkerasan maupun lereng," ujarnya.

Stasiun Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Gegofisika Jawa Barat mencatat cuaca ekstrem di Jawa Barat pada Rabu 3 April 2024. Paling tidak pada hari itu tercatat lima longsor dan banjir di daerah Bogor, Sukabumi, dan Depok. Adapun longsor di tol Bocimi dilaporkan terjadi sekitar pukul 18.30 yang mengakibatkan jalan amblas hingga terbentuk lubang besar.

Menurut Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Jawa Barat Rakhmat Prasetia, mengatakan kondisi awan saat itu mengindikasin terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat. “Di sekitar wilayah Caringin, Kabupaten Bogor bagian selatan dan Cicurug, Kabupaten Sukabumi bagian utara pada waktu sore dan malam hari,” katanya.

Selain itu berdasarkan interpretasi citra radar dan data pengukuran hujan yang terdekat dengan lokasi terdampak, diketahui pada saat sebelum kejadian banjir dan tanah longsor Rabu 3 April 2024, terjadi hujan dengan intensitas sangat lebat hingga esktrem. Hujan berlangsung selama tiga hari sebelumnya secara berturut-turut dengan intensitas ringan hingga sedang. “Kondisi tersebut dapat menyebabkan tanah menjadi lebih labil dan menjadi semakin rawan longsor,” kata Rakhmat.

Kepadatan kendaraan di ruas jalan tol Bogor-Ciawi-Sukabumi (Bocimi) di pintu keluar gerbang tol Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, 24 April 2023. ANTARA/Arif Firmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adapun Koordinator Indonesia Toll Road Watch Deddy Herlambang memperkirakan amblesnya jalan tol Bocimi terjadi karena kegagalan konstruksi. Pengelola jalan tol Bocimi, kata dia, seharusnya merekonstruksi ulang ruas jalan tol yang longsor saja, bukan hanya merenovasi, agar kejadian yang sama tidak terulang. Menurut dia, kejadian longsor dapat diantisipasi sejak awal pembangunan. Dia mencontohkan, kontraktor membangun dinding penahan tanah (talut) untuk mencegah ambles saat hujan, mirip seperti pembangunan jalan tol di tepi sungai.

"Contohnya di jalan tol Semarang-Solo itu banyak (yang dipasang talut) karena banyak area tebing atau jurang," ujarnya. Dengan kejadian longsor ini, ia menilai ruas jalan tol Bocimi tidak laik fungsi. Deddy mempertanyakan tim kerja uji laik fungsi jalan tol tersebut. Pemerintah, kata dia, perlu mengevaluasi total konstruksi jalan tol sebelum ruas jalan tol Bocimi dioperasikan kembali nanti.

Adapun Direktur Utama PT Trans Jabar Tol (TJT) Abdul Hakim menduga longsor itu disebabkan kondisi di luar kendali (force majeure) karena tingginya intensitas air hujan. Trans Jabar Tol, kata Abdul, masih mengidentifikasi dampak akibat longsor dan sedang memperbaiki agar lajur yang longsor dapat digunakan kembali. Mewakili Trans Jabar Tol, dia mengatakan, perusahaan memohon maaf atas ketidaknyamanan kepada semua pengguna jalan.

Abdul mengatakan PT TJT tetap membuka jalan tol Bocimi seksi I, ruas Ciawi-Cigombong dan sebaliknya, untuk arus mudik dan arus balik 2024. Ruas jalan tol seksi I, yang memiliki panjang 15,35 kilometer, telah diresmikan dan beroperasi sejak Desember 2018. Empat tahun lebih awal dari seksi II, ruas Cigombong-Cibadak beroperasi pada Agustus 2023. “Kami mengimbau para pengguna jalan untuk menghindari waktu puncak arus mudik serta tetap berhati-hati dalam berkendara,” katanya.

Adapun Manajemen PT Waskita Toll Road, pemilik mayoritas saham PT TJT, menyebutkan tanah longsor terjadi karena gerusan air imbas curah hujan tinggi di sekitar lokasi. Kendaraan dari arah Ciawi menuju Parungkuda dialihkan keluar melalui gerbang tol Cigombong. Adapun akses dari arah Parungkuda menuju Ciawi ditutup sementara guna menghindari potensi longsor tambahan. 

Corporate Secretary Waskita Toll Road Alex Siwu mengatakan seksi II jalan tol Bocimi dari Cigombong menuju Cibadak dialihkan sementara untuk penanganan lebih lanjut setelah longsor. Saat ini manajemen PT Waskita Karya (Persero) Tbk dan PT Waskita Toll Road sedang meninjau lokasi untuk memastikan penanganan dan melihat kondisi keseluruhan ruas jalan tol Bocimi. 

Tempo mencoba meminta tanggapan Alex soal dugaan penyebab amblesnya jalan tol karena lahan jalan tol Bocimi masuk dalam jenis gerakan tanah tipe cepat hingga soal kegagalan konstruksi. Namun, hingga berita ini diturunkan, Alex tidak menjawab pertanyaan Tempo. Begitu pula dengan Director of Control & QHSE Waskita Toll Road, Mokhamad Sadali,.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menilai lokasi jalan tol yang terkena longsor mengalami kerusakan berat karena mencapai hampir satu ruas jalan. Pemangku Kebijakan Badan Usaha Jalan Tol Kementerian PUPR Sonny S. Wibowo memperkirakan perbaikan ruas jalan tol Bocimi yang terkena longsor memerlukan waktu dua sampai tiga bulan. "Jadi, kalau kami paksakan perbaikan untuk kegiatan mudik dan balik, saya kira terlalu riskan," tutur Sonny.

Direktorat Jenderal Bina Marga PUPR telah melakukan upaya penanganan perbaikan sementara. Anggota Badan Pengatur Jalan Tol Unsur Masyarakat, Tulus Abadi, mengatakan perbaikan sementara ditargetkan selesai pada Senin, 8 April. Perbaikan sementara ruas jalan tol Bocimi, kata dia, dilakukan untuk melayani arus lalu lintas. Sedangkan untuk penanganan permanen, perbaikan akan dilakukan setelah libur Lebaran. “Saat ini seksi II full tertutup untuk pengguna jalan sebagai langkah pengamanan," katanya. Pengelola jalan tol, tutur dia, juga telah melakukan sterilisasi dan pengamanan di lokasi longsor.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Ahmad Fikri, Novali Panji, dan Anwar Siswadi berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus