Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Jalur itu sudah terputus ?

Pilot garuda resah. menyangkut masalah kesejakteraan, mereka melakukan aksi protes & mendatangi dpr. kopkamtib, minta diadakan pertemuan antara direktur utama garuda, para pilot dan pangkopkamtib. (eb)

17 November 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TULISAN "Kami Resah" tak lagi menempel di dada mereka. Itu terjadi setelah para penerbang yang melansir kembali aksi protesnya terhadap pimpinan Garuda bertemu dengan Pangkopkamtib Sudomo Sabtu lalu. Tapi di mobil-mobil yang mengantar jemput mereka, di ruang tunggu para pilot di Kemayoran, juga di dalam pesawat, slogan ketidakpuasan yang makin populer itu jelas masih terpampang sampai Senin kemarin. Dan di hari itu pula sejumlah 63 pilot Garuda telah berbincang-bincang dengan pimpinan DPR. Tapi mengapa sampai ke DPR segala? "Jalur kekeluargaan, dengan menemui langsung pimpinan, telah kami lakukan. Tapi tak menghasilkan apa-apa, " kata kapten pilot Subekti yang memimpin rombongan pilot itu. Keresahan mereka ternyata banyak sekali, di tengah Garuda yang makin mekar itu. Antara lain menyangkut masa depan, sistem penggajian, pensiun, asuransi, perumahan dan diskriminasi dibandingkan fasilitas yang diterima para pilot asing. Tim Koordinasi dan Komisi memang sudah dibentuk, setelah redanya aksi protes yang terjadi pada Juni lalu. Tapi rupanya gagal mencapai sasaran perbaikan. "Itulah sebabnya kami melakukan aksi lagi," kata seorang pilot berambut agak gondrong. Mereka umumnya memang masih muda, rata-rata di bawah 27 tahun. "Dan hanya kamilah di Garuda yang boleh dibilang masih berani bersuara," kata seorang pilot F-28 di Kemayoran. Suara para pilot memang makin nyaring saja. Dalam aksi selama seminggu pekan lalu, yang menjadi penyulut keresahan itu adalah "diliburkannya" pilot F-28 Hernawan dan Herman Rante, karena dianggap tidak mematuhi jadwal terbang. Bukan soal "diliburkan" (dayoff) itu saja yang membuat para pilot lainnya semakin resah. Tapi segala tunjangan yang menyertainya, dan cukup besar itu, ternyata juga turut "diliburkan" alias dipotong. Menurut para pilot itu, di Garuda itu seorang pilot bisa saja menerima penghasilan lumayan, katakanlah $500 sebulan. Itu sudah termasuk semua tunjangan, terutama tunjangan terbang. Maka bila kena tindakan "diliburkan", sang pilot paling-paling hanya menerima gaji pokok yang tak sampai Rp 20.000. Banyak keluhan tentang cara penggajian di Garuda itu. Oktober lalu misalnya-gaji para pegawai Garuda itu memang dinaikkan. Tapi seorang pegawai yang cukup senior menggebrak meja setelah membuka amplop gajinya. "Ini sungguh menghina," teriaknya. Rupanya tambahan itu cuma sekitar Rp 12.500, itupun sudah termasuk tunjangan untuk isteri dan anaknya. Sedang seorang pilot muda yang masih bujangan menerima tambahan Rp 5.000 saja. Ancaman pun, terutama buat para pilot itu, tak kunjung usai. Dulu, seperti yang terjadi pada Juni lalu, 6 pilot dan 11 teknisi "dirumahkan" alias tak perlu lagi masuk kantor dan hanya menerima gaji pokok yang kecil itu. Kini ancaman itu rupanya sudah tak lagi dipakai. "Tapi sebagai gantinya muncul ancaman 'diliburkan' itu," kata seorang pilot senior. Alergis Menanggapi keresahan yang meletus di Garuda, Menteri Nakertrans Harun Zain ternyata belum bisa bicara banyak. 'Saya sudah menyurul aparat saja untuk menelitinya, tapi dia belum melapor," katanya kepada TEMPO Senin kemarin. Rupanya baru sekarang Menteri Nakertrans mengutus orang untuk mengetahui lebih banyak duduk soalnya. Dia lalu menganjurkan agar para pilot itu mengadu saja dulu ke KORPRI. Tapi itu pula yang samasekali tak dikenal dalam tubuh Garuda. "Pimpinn kami alergis terhadap setiap organisasi, " kelakar seorang pilot yang berkalung emas. Sedang Manajer Operasi Kapten Kusdinatin, sebagai atasan langsung para penerbang ternyata tak bisa berbuat banyak untuk membela anak-buahnya. Itulah sebabnya mereka langsung ke Dir-Ut Wiweko, tapi dijawab: "Mengapa harus selalu ke saya, mengapa tak ke pimpinan yang lain?" Bisa dimengerti kalau para pilot itu menjadi resah. Kini setelah soalnya dicampuri Kopkamtib, adakah timbul harapan baru di kalangan pilot itu? Sudomo sendiri berjanji akan melakukan pertemuan segitiga antara Pangkopkamtib, Dir-Ut Garuda dan para pilot itu. Namun beberapa pengamat beranggapan soalnya sudah "serba salah". Atau dalam kata-kata seorang yang dekat dengan kalangan pimpinan Garuda, "sudah timbul ketidak-percayaan kepada pimpinan." Kalau betul begitu, meman serba sulit.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus