Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Jumlah Investor Melonjak 370 Persen, Bos OJK: Jangan Hanya Kejar Yield Tinggi Tanpa...

OJK menyatakan kian banyaknya investasi ilegal menjadi sinyal bagi regulator untuk meningkatkan pemahaman investor dalam menanamkan modalnya.

13 Agustus 2022 | 14.00 WIB

Mahendra Siregar. youtube.com
Perbesar
Mahendra Siregar. youtube.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyatakan semakin banyaknya investasi ilegal menjadi sinyal bagi regulator untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dalam berinvestasi. Utamanya generasi muda tercatat mendominasi dari jumlah investor pasar modal di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Per Juni 2022, jumlah investor mencapai 9,3 juta investor. Angka itu melonjak 3,7 kali lipat atau 370 persen dibandingkan pada 2019 atau masa pra pandemi yang hanya sebesar 2,5 juta investor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Lonjakan hingga 3,7 kali lipat itu yang membuat Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyatakan pandemi Covid-19 menjadi momentum kebangkitan investor ritel di pasar modal.

“Yang menarik sekali dari tambahan investor itu sebanyak 81 persen merupakan investor generasi milenial dan generasi Z,” kata Mahendra dalam acara Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LIKE IT) bertajuk “Sustain Habit in Investing, Invest in Sustainable Instruments” secara daring, Jumat, 12 Agustus 2022.

Namun begitu, Mahendra mengatakan di balik tren tersebut terdapat tantangan yang harus dihadapi, salah satunya meningkatkan pemahaman dan pengetahuan investasi pada instrumen keuangan. Upaya ini dilakukan agar masyarakat memiliki pengetahuan dan pemahaman berinvestasi yang memadai.

“Sehingga tidak hanya menimbulkan herd behavior, noise trading, maupun investing in bubbles, hanya untuk mengejar hasil atau yield yang tinggi tanpa memperhitungkan risiko aspek legalitas produk, bahkan logika yang mendasar,” kata Mahendra.

Ia lalu mengutip laporan International Organization of Securities Commissions (IOSCO) yang menyebutkan pertumbuhan investor ritel selama pandemi berjalan seiring dengan peningkatan tren misconduct dan kerugian investor ritel yang terjadi di pasar domestik maupun internasional (cross border).

Oleh karena itu, Mahendra menekankan pertumbuhan investor juga perlu ditindaklanjuti dengan adanya peningkatan perlindungan investor. OJK, kata dia, bakal terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya berinvestasi di dalam negeri, baik melalui instrumen konvensional maupun syariah.

Selanjutnya: Gubernur BI menilai jumlah investor di Tanah Air masih kalah dibanding di luar negeri.

Sebab di saat yang sama juga ada peluang besar dari peran investor domestik untuk mendukung ketahanan pasar keuangan Tanah Air. “Kami melihat peluang besar peran investor domestik baik institusi maupun ritel untuk semakin mendukung ketahanan pasar keuangan Indonesia,” ujarnya.

Lebih jauh, ia menyebutkan perkembangan investor pasar modal yang cepat tersebut harus diikuti dengan kebijakan yang tepat untuk peningkatan perlindungan investor, terutama investor ritel.

OJK bersama  Self-Regulatory Organization (SRO) pasar modal Indonesia yang terdiri atas PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan pelaku pasar modal terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dalam rangka peningkatan tingkat literasi dan inklusi pasar modal

Inisiatif program peningkatan literasi keuangan itu juga dilakukan melalui beberapa hal, antara lain pengembangan infrastruktur learning management system edukasi keuangan serta world investor week secara berkala. "Tak kalah penting, sosialisasi dan edukasi pasar modal terpadu serta pelaksanaan rangkaian literasi keuangan seperti yang dilakukan melalui penyelenggaraan Like It ini yang dilakukan bersama FKPPPK," ucapnya.

Sementara itu, Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa Like It merupakan wujud sinergi dan kolaborasi antara Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, OJK, dan LPS dalam mendukung pembiayaan pembangunan melalui pasar keuangan. 

Meski jumlah investor di Tanah Air melambung, Perry menilai angkanya masih sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah investor di negara lain dan masih besarnya potensi pasar di Indonesia. “Untuk itu, LIKE IT perlu terus menggelorakan semangat perjuangan dengan mengisi pembangunan guna memulihkan ekonomi demi meningkatkan ekonomi menuju Indonesia Maju," ujarnya.

BISNIS

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus