BANGSA-bangsa Asia umumnya punya kegemaran "ngemil" alias mengudap alias eating between meals menurut orang sono. Jadi, tak usah heran, bila ekspor kacang tanah yang diproduksi Provinsi Jawa Tengah bagian selatan setiap tahun terus meningkat. "Itu karena lidah kita dan lidah mereka satu selera. Sama-sama suka makan kacang tanah yang rasanya asin," kata Haryo Subandrio, Kahumas Kanwil Perdagangan Ja-Teng. Silakan melihat angka ekspor kacang tanah pada semester I tahun ini, yang mencapai 653 ton senilai 490 ribu dolar AS (sekitar Rp 906 juta). Artinya, terjadi kenaikan nilai hasil ekspor sekitar 40%, jika dibandingkan hasil ekspor kacang pada periode yang sama, tahun lalu. Melihat hasil yang begitu menggembirakan, para petani kacang yang tersebar di daerah Pati, Klaten, Purbalingga, serta beberapa kota lainnya, menjadi lebih bersemangat dalam menanam. Maklum, di pasar lokal, produk mereka (kacang tanah kering) hanya dihargai Rp 1.000 per kilo. Sementara itu, kalau diekspor, harganya bisa mencapai Rp 1.500. Maka, untuk memperoleh dolar lebih banyak, pemerintah berencana memperluas jelajah ekspor kacang tanah. Selama ini negara yang menjadi tujuan ekspor hanya Singapura, Hong Kong, dan Taiwan, tapi tak lama lagi akan bertambah dengan Brunei dan Muangthai, yang penduduknya diduga punya selera "ngemil" yang sama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini