Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Karena Nila Sebelanga

Susu kental Indomilk yang beredar di pasaran & hadiah dari baterai Eveready tercemar bakteri. Akibatnya, konsumen terserang berbagai penyakit. Indomilk di minta untuk menyetop produksinya selama 10 hari.(eb)

16 November 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUSU Indomilk, sejak akhir bulan lalu, tercemar nila. Susu segar steril, yang diproduksinya sekitar 9.000 liter per hari, dituding sejumlah konsumen di Jakarta telah mengganggu kesehatan mereka. Ada yang mengeluh terkena infeksi amuba, pusing, sakit kepala, diare, bahkan ada yang sampai demam. Sedangkan dari Medan, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menerima laporan bahwa sekitar 20 orang, yang minum susu kental manis Indomilk hadiah Union Carbide karena membeli baterai Eveready, juga mengeluh sakit perut. Belum jelas mengapa susu terkenal buatan perusahaan patungan Indonesia-Australia sejak 1969 itu bisa mengalami aib itu. Ada kesan bahwa perusahaan itu, yang kini sedang dialihkan menjadi 100% milik swasta nasional dengan mengoperkan saham Australia kepada grup Bank Central Asia, hendak menutup-nutupi peristiwa tersebut. Kabarnya, sejak akhir bulan lalu, direksi PT Indomilk telah menerima laporan dari karyawan, kemudian keluhan dari konsumen, bahwa susu segar steril sudah ada yang tercemar. Namun, baru 12 hari kemudian, yakni Jumat pekan lalu, kasus itu dibocorkan harian Jakarta Post yang mengutip keterangan beberapa sumber kesehatan dan YLKI. Pihak Indomilk, menurut manajer pemasarannya, Raziul Razak, telah menghentikan produksi serta menarik peredaran susu segar steril itu, tapi tak jelas sejak kapan. Korban-korban keracunan, yang diduga akibat pencemaran susu itu, ternyata masih berlangsung sampai awal pekan lalu, kendati masa peredaran susu segar itu masih kurang tiga hari dari tanggal produksi kedaluwarsa. Korban keseluruhan, konon, menurut sumber di dinas kesehatan DKI, selama 2 - 7 November mencapai 190 orang. Susu yang dijual Rp 1.200 per liter itu umumnya dibeli kalangan menengah atas, karena penjualannya terbatas di toko-toko swalayan, atau toko besar yang memiliki lemari pendingin. Hero Supermarket, sempat terkejut ketika seorang langganan mengatakan sakit perut yang disebabkan susu segar terkenal itu. H. Anwar Azis, seorang konsultan di Menteng Raya, Jakarta, termasuk korban yang jengkel. Ia membeli beberapa paket dari Hero Supermarket, sesuai dengan kebiasaan untuk diminum sendiri dan keluarganya. Paket yang dibelinya pada 29 Oktober ternyata menyebabkan ia, istri, dan dua anaknya harus menderita sakit perut. Yang menyebalkan, ia tak pernah menerima informasi baik dari Indomilk maupun Hero Supermarket bahwa ada yang tak beres pada susu segar yang dicap steril itu. Sekretaris YLKI, Zumrotin, menuturkan bahwa ia juga telah membeli susu segar Indomilk di Sarinah, yang ternyata menyebabkan seorang dari keluarganya sakit perut, 1 November lalu. Semula, sangkanya, saudaranya hanya rewel. Setelah menerima keluhan seorang dari Wisma Subud, Jakarta Selatan, kemudian dari klinik perusahaan Mobil Oil baru Kamis pekan lalu YLKI mengirim surat pertanyaan mengenai kasus itu ke Indomilk. Tanggapan belum kembali sampai Senin lalu. Tentang kasus ini, YLKI menduga ada kesalahan proses atau bahan baku, sedangkan kasus susu kental manis yang terjadi di Medan, belum jelas apakah karena diminum setelah kedaluwarsa ataukah ada hal lain. Menurut Zumrotin, Union Carbide telah mengembalikan beberapa ribu kaleng susu kental manis, dan melakukan klaim ke Indomilk. Suatu sumber mengatakan bahwa di kalangan Indomilk kini terjadi saling lempar tanggung jawab. Sementara pihak dinas kesehatan DKI, konon, meminta agar Indomilk menyetop produksi selama sepuluh hari sejak Selasa pekan ini. Maksudnya agar bisa dilakukan penelitian laboratorium untuk mengetahui jenis bakteri yang mencemari susu. Belum jelas pula apakah perusahaan yang merugi terus sejak 1981 - hingga utangnya telah mencapai sekitar Rp 14 milyar tahun lalu - akan mampu kembali menegakkan citra merknya. Max Wangkar Laporan Musthafa Helmy (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus