Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno angkat bicara terkait pawang hujan pada gelaran MotoGP Mandalika 2022 pada Minggu yang menuai sorotan publik di Tanah Air dan mancanegara. Menanggapi hal tersebut, Sandiaga mengatakan bahwa profesi pawang hujan dan ritualnya merupakan bagian dari kearifan lokal Indonesia yang memiliki daya tarik tersendiri.
"Ini bagian dari atraksi kearifan lokal, budaya yang bisa menjadi daya tarik tersendiri. Tapi tentunya Allah SWT yang tentunya berkehendak balapan tertunda 1 jam dan bisa terlaksana. Ini jadi momen yang berkesan bukan hanya pembalap tapi juga masyarakat Indonesia," kata Sandiaga melalui keterangan resmi, Senin, 21 Maret 2022.
Adapun, puncak pelaksanaan Pertamina Grand Prix of Indonesia (MotoGP Mandalika 2022), tepatnya menjelang race MotoGP, hujan deras mengguyur area sirkuit yang membuat balapan terpaksa ditunda.
Menparekraf mengungkapkan, saat hujan pihak pelaksana langsung melakukan koordinasi, dan setelah melihat data-data yang ada maka diputuskan balap ditunda selama 1 jam. Pasalnya, selain kondisi trek yang basah, yang dikhawatirkan dalam kondisi itu adalah jarak pandang atau visibility pembalap.
"Jadi terus terang saat hujan kami berkoordinasi kami memastikan bahwa gelaran ini harus sesuai dengan kaidah keselamatan bagi para riders dan juga keselamatan seluruh kru," ujar Sandiaga.
Di tengah hujan, Sandiaga mengungkapkan ada satu momen yang menarik perhatian yaitu ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) turun ke Pit Lane dan menyapa masyarakat untuk memberikan semangat. "Saat itu Presiden ambil keputusan untuk tetap melanjutkan prosesi lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Alhamdulillah, setelah dikumandangkan, hujan mulai reda dan race bisa dimulai," ungkapnya.
Cerita Pawang Hujan MotoGP
Diberitakan sebelumnya, aksi pawang hujan Rara Isti Wulandari untuk menyukseskan gelaran balap MotoGP Mandalika 2022 viral di media sosial. Sosok yang akrab dipanggil Mbak Rara ini diminta secara khusus oleh pihak penyelenggara, yakni Mandalika Grand Prix Association (MGPA) dan Dorna guna memastikan tidak turun hujan selama acara berlangsung.
Rara menuturkan, hujan justru diusahakan untuk turun pada pagi hari. Hal itu ditujukan agar debu di arena balap hilang dan suhu aspal tidak terlalu panas saat siang hari.
"Jadi memang dari Dorna dan Mandalikanya minta supaya hujannya di pagi saja, sementara siang diusahakan jangan sampai hujan. Kenapa begitu, karena ini supaya aspalnya bisa sedikit basah tapi jangan sampai tergenang atau banjir, jadi buat sekadar basah saja permintaannya," ucapnya.
Sementara itu, dalam melakukan ritual, Rara pun meletakkan sejumlah sesajen di beberapa titik Sirkuit Mandalika. "Ada beberapa saya taruh sesajen seperti di bawah race control ini tepat di area masuk pit lane terus sama diujung sana dekat pintu keluar pit lane dan ada lagi di beberapa titik lain. Sesajennya ya biasa ya seperti kalau yang kita lihat di Bali sama saya juga ada menaruh beberapa balok es batu," ujarnya.
Dalam penuturannya kepada awak media, dia menerima bayaran mencapai tiga digit alias ratusan juta untuk 21 hari kerja. "Saya dibayar MGPA dan ITDC. Bayaran saya itu tiga digit untuk 21 hari," ucapnya.
BISNIS
Baca: GoTo Perpanjang Masa Penawaran Awal IPO 3 Hari, Apa Alasannya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini