TAK jelas, apakah Lanny Bambang, S.H., Direktur Lippobank cabang Tebet, Jakarta, sudah pernah mendengar tentang Women's World Banking (W.W.B.) yang bermarkas di New York dan melayani hanya nasabah wanita, melalui 47 cabangnya yang tersebar hampir di seluruh dunia. Adapun Lanny, sudah dua tahun memimpin bank yang mayoritas karyawannya wanita dan mengutamakan nasabah wanita. Lippo cabang Tebet yang dipimpinnya itu adalah satu dari lima bank terbaik di lingkungan Lippo. Kalau ada persamaan antara bank yang dipimpin Lanny dan W.W.B. adalah pada nasabahnya. Kedua bank itu sama-sama mengutamakan debitur wanita. Tapi barangkali W.W.B. jauh lebih unik. Merayakan ulang tahunnya ke-10, April silam, sejak berdiri sampai sekarang, W.W.B. tidak berambisi melayani nasabah kakap. W W.B. hanya dan semata-mata memberi pinjaman kepada wanita yang sama sekali tidak punya agunan. "Tujuan kami adalah memberi pinjaman kepada wanita, yang selama ini tidak dipandang sebelah mata oleh sistem perbankan tradisional. Dari situ, kami berusaha membawa mereka ke arus besar perekonomian," demikian kata Ela Bahtt, pemimpin W.W.B., seperti yang dikutip majalah Time. Pinjaman yang diberikan W.W.B. rata-rata berkisar antara US$ 150 dan US$ 600. Bahkan ada pinjaman senilai US$ 50, diberikan W.W.B. kepada seorang wanita di India -- yang dipakai untuk membeli oven. Dengan oven itu ia bisa menjual chapati, roti khas India. Dewasa ini, ketika para bankir dan negarawan besar dunia sibuk menggalang dana untuk menegakkan kembali ekonomi negara-negara Eropa Timur, maka sekelompok wanita Polandia justru menghubungi W.W.B. Mereka perlu dana untuk peternakan ayam. Sebelumnya, ada nasabah di Muangthai yang bahkan berhasil memperoleh pinjaman sebesar US$ 1 juta -- untuk sebuah koperasi sapi perah. Harus diakui, praktek retail banking yang diterapkan W.W.B. tidak mungkin membuat bank wanita ini berkembang pesat. Oleh karena itu, cabang-cabang W.W.B. menghimpun sendiri dana yang mereka perlukan, lalu meminjamkan langsung kepada nasabahnya. Time menyebutkan, sampai kini total pinjaman yang mereka salurkan ada US$ 12 juta, dan dari jumlah itu hanya US$ 35.000 yang merupakan kredit macet. "Kami bukan dermawan. Setiap nasabah yang datang pada kami, juga wajib memikul risiko," kata Michaela Walsh, salah seorang pendiri W.W.B. Dengan W.W.B. di belakang mereka, tak sedikit wanita pengusaha yang mencatat sukses. Time menampilkan pengusaha Melba Lucy Montenegro, yang berkat W.W.B. dalam tempo 8 tahun berhasil memiliki dan mengoperasikan tiga bengkel sepeda. Di balik itu, yang lebih penting adalah bahwa W.W.B. berhasil membantu wanita dalam apa yang disebut sebagai emansipasi ekonomi. Untuk menjaga kesinambungan misinya, W.W.B., yang 10 tahun lalu menitikberatkan akses pada kredit, kini akan menawarkan lebih banyak jasa keuangan. W.W.B. akan mencarikan investor untuk nasabahnya, membuka pelatihan, dan, menurut Time, juga memperluas pasar. Dalam bisnis, kecil itu rawan, tetapi W.W.B. membuktikan bahwa kecil itu pun bisa indah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini