Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Kejar Target B50 pada 2026, Indonesia Masih Defisit 2 Juta Ton Metanol

Tantangan terbesar dalam merealisasikan target B50 adalah ketersediaan metanol di dalam negeri yang masih terbatas.

14 Maret 2025 | 16.17 WIB

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung di kantor ESDM, Jakarta, 14 Maret 2025. Tempo/Dani Aswara
Perbesar
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung di kantor ESDM, Jakarta, 14 Maret 2025. Tempo/Dani Aswara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mengejar implementasi bahan bakar biodiesel B50 pada 2026. Namun, tantangan terbesar dalam merealisasikan target ini adalah ketersediaan metanol di dalam negeri yang masih terbatas. "Yang kami lagi kejar sekarang mencoba untuk bagaimana implementasi B50 tahun 2026," ujar Wakil Menteri ESDM, Yuliot Tanjung, saat ditemui di kantornya, Jumat, 14 Maret 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Saat ini, kata Yuliot, kebutuhan metanol dalam negeri mencapai 2,3 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri baru sekitar 300 ribu ton. Artinya, sekitar 2 juta ton metanol masih harus diimpor. Untuk mengurangi ketergantungan impor, pemerintah mendorong Proyek Strategis Nasional bioetanol yang berlokasi di Bojonegoro.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Jadi, ketersediaan metanol dalam negeri itu juga terbatas. Jadi dari kebutuhan sekitar 2,3 juta, ya kami baru produksi dalam negeri sekitar 300 ribu. Berarti 2 juta kita masih impor. Jadi kami lagi mendorong ini PSN bioetanol yang ada di Bojonegoro. Itu juga lagi kami kejar," katanya. 

Ia menambahkan, meskipun ada upaya substitusi impor, proses pembangunan industri metanol membutuhkan waktu. Pemerintah menargetkan percepatan proyek tersebut agar industri metanol di Bojonegoro dapat selesai pada akhir 2027.

"Tapi ini proses pembangunan industri akan memerlukan waktu. Kemudian mudah-mudahan itu nanti dengan percepatan kita mengharapkan akhir 2027 itu bisa diselesaikan industri metanol di Bojonegoro," ucapnya. 

Saat ditanya mengenai bahan baku metanol yang digunakan dalam proyek tersebut, pejabat itu menjelaskan bahwa metanol di Bojonegoro berbasis gas. "Dari gas," tuturnya. 

Pembangunan fasilitas produksi metanol untuk kebutuhan dalam negeri agar bisa mencapai target produksi 2,3 juta ton sudah dibunyikan beberapa waktu lalu oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. Saat ini, menurutnya, produksi dalam negeri menurutnya belum bisa mencapai itu. "Artinya, selama ini masih menggunakan skema impor hingga 80 persen. “Kami dorong untuk bangun metanol di Bojonegoro,” ujar Bahlil saat ditemui di kantornya, Jumat, 10 Januari 2025.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus