Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kembalinya si kucing putih

Wakil pm li hsien-mien, dalam pidatonya di muka konperensi nasional keuangan dan perdagangan di peking, menekankan perlunya keahlian manajemen dalam program empat modernisasi yang dijalankan di rrc. (eb)

8 Juli 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PROGRAM "Empat Modernisasi" -- untuk pertanian, industri, pertahanan dan teknologi-ilmu -- yang sekarang begitu getol dijalankan di RRC telah menyentuh salah satu hal yang paling fundamentil: pengelolaan dan ketatalaksanaan. Wakil Perdana Menteri Li Hsien-nien, teknokrat ekonomi terkemuka di daratan Cina mulai mengutik persoalan itu. Di muka Konperensi Nasional Keuangan dan Perdagangan yang baru-baru ini diadakan di Peking, ia mengungkapkan praktek pengelolaan yang salah telah mendatangkan kerugian besar. Dalam pidato itu ia memberikan beberapa contoh. Salah atur dalam mengurus transaksi bahan pangan dan minyak saja menyebabkan Cina setiap tahunnya kehilangan 1,3 milyar yuan atau sekitar Rp 300 milyar. Sedangkan dalam industri sepeda -- alat pengangkutan utama dinegeri itu -- karena tidak benarnya cara pengepakan, pengangkutan dan penanganan serta kehilangan suku cadangnya negara telah dirugikan tak kurang dari 2 juta yuan (Rp 460 juta). Di muka kurang lebih 5000 delegasi yang turut dalam konperensi itu Li mengajukan contoh lain. "Di Hunan ada 12 perusahaan negara yang membeli 1000 ton pestisida dari Tientsin. Obat itu ternyata kwalitasnya rendah, tak seimbang dengan harganya. Akibatnya perusahaan-perusahaan di Hunan harus menjualnya kembali dengan harga jauh di bawah pembelian," katanya. Kepada para peserta konperensi mengumpamakan keuangan dan perdagangan sebagai peredaran darah dalam tubuh manusia. "Fungsinya persis seperti manusia yang tak bisa hidup tanpa ada darah yang mengalir ke seluruh tubuhnya," katanya. "Jadi perekonomian sosialis kita tak akan jalan sekejap pun tanpa adanya kegiatan keuangan-perdagangan, distribusi benda-benda dan alokasi dana-dana." Li Hsien-nien mengatakan pula bahwa kwalitas manajemen dalam beberapa tahun terakhir ini telah turun dengan hebat. Ini, katanya, disebabkan oleh kekacauan politik yang diakibatkan oleh perbuatan "Komplotan Empat" Chiang Ching (janda Mao). Kwalitas rendah manajemen, kata Li, bukan saja dalam perdagangan dan keuangan, tapi juga timbul di sektor lain seperti peIIanian, industri dan bidang lain. "Ini semuanya merupakan per soalan mendesak yang harus diatasi di bidang ekonomi dan pembangunan sosialis oleh seluruh aparat Partai Komunis Cina." Akhirnya ada salah satu ajakan Li yang penting. Katanya: "Kita punya sumber-sumber modal yang sangat terbatas. Karenanya tanpa pengelolaan yang ilmiah dan pengawasan yang ketat dalam supervisi keuangan dan kredit, maka dana-dana yang diperoleh industri, pertanian, dan perdagangan tak akan dapat dipusatkan secara raiionil, didistribusikan dan dipergunakan secara efektip." Apa yang dikatakan oleh Li ini, terutama mengenai salah urus sebenarnya merupakan penyakit kronis yang menghinggapi ekonomi Cina. Sejak semula, ketika RRC baru saja berdiri, para pengnasa komunis dibuat pusing dengan persoalan bagaimana mengelola ekonomi. Pada tahun-tahun pertama RRC, karena kekurangan pengalaman dalam pengurusan bidang ini, mereka terpaksa mempekerjakan orang-orang berpengalaman yang sebenarnya berasal dari "masyarakat lama". Baru di pertengahan tahun 50-an mereka mulai menyingkirkan teknokrat "masyarakat lama" itu dan digantikan oleh orang-orangnya sendiri. Tapi menjelang Revolusi Kebudayaan di tahun 1965, para pemuka partai yang mengelola ekonomi itu dicap oleh golongan radikal Maois terlalu memusatkan diri kepada hasil produksi. Mereka dituduh "borjuis". Para manajer yang duduk di belakang meja sudah dianggap menjadi birokrat dan kurang memperhatikan aspek politik yang justru lebih dipentingkan. Tuduhan terhadap para "birokrat" ini juga menyangkut soal pertentangan antara "merahi' (artinya kesadaran politik tinggi) dengan "ahli" (artinya keahlian di bidang teknis). Pertentangan kedua unsur ini selalu menjadi bahan percekcokan di daratan Cina. Denan kata lain, bagi seorang sosialis di Cma mana yang penting: keahlian atau kesadaran politik Malapetaka Semasa hidup Mao, dengan penekanannya pada volunterisme, faktor "merah"lah yang paling dipentingkan. Mao dan para pengikutnya berpendapat bahwa dari seseorang dalam mengerjakan apa pun perlu ada dedikasi dan tekad. Dengan bekal itu pekerjaan apa saja yang diperbuatnya akan berhasil. Namun, sejarah menunjukkan, penekanan besar terhadap faktor "merah" ternyata membawa kerugian besar. Antara tahun 57 - 59 program Lompatan Jauh Ke Muka di bidang industri dan Komune Rakyat dalam pertanian ternyata hanya membawa malapetaka ekonomi. Demikian pula ketika "zaman khaos" Revolusi Kebudayaan (1965-1967) dijalankan. Hampir semua kehidupan ekonomi Cina terpukul. Sejak permulaan tahun 1977 setelah Mao tiada dan setelah "Komplotan Empat" dibabat, kelihatannya faktor "keahlian"lah yang mendapat tempat utama. Sehingga Wakil PM Teng Hsiaoping yang terkenal dengan semboyan "Kucing hitam atau putih tak jadi soal, asalkan ia bisa menangkap tikus" itu naik kembali dan memegang peranan cukup penting. Pidato Li Hsien-nien itu merupakan salah satu penjabaran politik ekonomi baru yang sejajar dengan program "Empat Modernisasi" dan penekanan kepada keahlian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus